Ir Yos Sutiyoso (1): Pilihan Awal Komoditas Hidroponik
Perkenalan pertama pemula hidroponik pada suatu komoditas ketika berkunjung ke sebuah kebun hidroponik, sering mengesankan mereka sehingga memperlihatkan kepercayaan jika komoditas yang dilihat merupakan pilihan pertama untuk dicoba.
Seiring aktivitas budidaya, seringkali terjadi penyimpangan sehingga beralih pada komoditas lain yang dianggap lebih favourable alasannya yaitu bermacam-macam alasan ibarat sanggup dikonsumsi sendiri jika kesulitan menjualnya atau dengan pertimbangan komersial bahwa komoditas tersebut sanggup memperlihatkan pendapatan tinggi.
Lantas pilihan komoditas apa yang cocok bagi pemula (Saya menyebutnya dengan istilah greenhorn atau tanduk masih hijau)? Pilihan utama yaitu kangkung. Terdapat alasan mengapa kangkung menjadi penting.
1. Benih kangkung yang gampang diperoleh dan harganya murah, berukuran besar sehingga pemula gampang menyemaikan.
2. Tanaman lebih tahan banting sehingga sanggup mentolerir kesalahan sedikit misalkan dalam proteksi nutrisi.
3. Kondisi lokasi yang menjadikan cahaya matahari kurang atau berlebih tidak menjadi masalah.
4. Dalam beberapa ahad sudah mencapai tinggi puluhan sentimeter dan siap panen.
5. Penampilannya gagah ketika panen jika pemupukannya sesuai (Hal ini sanggup menciptakan besar hati Anda, bahkan jika perlu Anda sanggup memamerkannya di pertemuan RT/RW sampai menjualnya kepada tetangga).
6. Secara organoleptik, citarasa kangkung hidroponik lebih renyah dengan aroma semerbak (Ini alasannya yaitu komposisi pupuk pas dan pemakaian pupuk sulfat).
7. Keberhasilan panen akan memperlihatkan semangat untuk naik ke jenjang lebih tinggi pada pemilihan komoditas.
8. Sedikit, bahkan tidak berserat alasannya yaitu pertumbuhan tumbuhan pesat, sehingga tumbuhan tidak sempat menciptakan serat sudah dipanen.
Alasan lain kangkung menjadi pilihan yaitu harga. Harga jual kangkung hidroponik di supermarket dan pasar swalayan tidak berbeda jauh dibandingkan sayuran lain ibarat caisim, pakcoy, kailan, dan bayam, rata-rata Rp10.000/pak bobot 250 gram (Di pasar tradisional harga kangkung Rp2.500-Rp3.000/kg).
Harga jual tinggi itu tentunya diimbangi dengan penampilan prima. Kangkung terbungkus dengan kantung plastik transparan, berlabel, berbahasa inggris (jangan sesekali menggunakan bahasa melayu alasannya yaitu tidak akan laku), menggunakan barcode semoga mempermudah transaksi, dan lainnya.
Yang menarik lagi recovery rate atau bobot kangkung sehabis dibersihkan sangat tinggi, mencapai 95% alasannya yaitu yang perlu dibuang ketika pencucian hanya sepasang daun dikotil dan 1-2 daun pertama. Pasar hidroponik sayuran daun ibarat kangkung masih sangat lebar alasannya yaitu pasar membutuhkan dalam kuantitas besar dan berkesinambungan. Selamat mencoba berhidroponik kangkung (Ir Yos Sutiyoso).
Ir Yos Sutiyoso lahir di Jakarta pada 15 Maret 1930. Pehobi anggrek semenjak 1952 itu merupakan andal hama tumbuhan dan aktif di banyak sekali perhimpunan ibarat entomologi, fitopatologi, dan ilmu gulma. Alumnus Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada 1958 itu andal meramu pupuk hidroponik dan menjadi konsultan hidroponik untuk produksi bunga potong dan sayuran. Belasan buku berkaitan anggrek dan hidroponik sudah diterbitkan antara lain Hidroponik NFT, Aeroponik, dan Hidroponik Rakit Apung.
Belum ada Komentar untuk "Ir Yos Sutiyoso (1): Pilihan Awal Komoditas Hidroponik"
Posting Komentar