Walet 22: Cericit Walet Di Kota Lama Semarang

 Sebutan itu menempel karena Kawasan Kota Lama Semarang itu pada  Walet 22: Cericit Walet Di Kota Lama SemarangKawasan Kota Lama Semarang (KKLS) di Semarang, Jawa Tengah tak sekadar Cagar Budaya. Sebutan itu menempel karena Kawasan Kota Lama Semarang itu pada 1799 merupakan salah satu sentra kongsi dagang Hindia Timur Verenigde Ooost-indische Compagnie (VOC) selain Batavia-kini DKI Jakarta. Saat VOC berkuasa itu mereka membikin ratusan bangunan dengan arsitektur kolam di Negeri Kincir Angin, Belanda.


Sejarah KKLS itu yang ketika ini dilindungi sebagai Cagar Budaya. Menurut Ir Kriswandhono Mhum dari Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BP2KL), terdapat 105 dari 250 bangunan di KKLS yang menerima predikat Bangunan Cagar Budaya (BCB). “Ini sudah masuk ke dalam Perda No 8 tahun 2003 perihal cagar budaya Kota Semarang,” katanya. Bangunan-bangunan itu dihentikan keras untuk dirombak biar keasliannya tetap terjaga.


Kawasan Kota Lama Semarang tak hanya menyisakan bangunan bernilai sejarah. Beberapa bangunan di Kampung Eropa-sebutan lain alasannya yaitu pada Zaman Pemerintah Kolonial banyak dihuni warga Belanda dan Eropa lainnya-itu menjadi daerah hunian walet. Salah satu bangunan Collocalia fuciphaga itu terletak di persimpangan Jalan Letjen Suprapto dan Jalan Cendrawasih.


Bangunan berlantai satu yang dahulu menjadi kantor asuransi itu sedikit kusam karena cat temboknya banyak terkelupas. Di lantai pertama bangunan itu terdapat 3 pintu masuk walet berukuran 1 m x 30 cm. Posisi lubang sempurna di atas jendela. Beberapa lubang pipa PVC bergaris tengah 10 cm tampak di samping pintu-pintu masuk itu. Fungsinya menjaga kelembapan udara di dalamnya.


Menurut Mujiono, penjaga rumah, bangunan yang ketika ini dimiliki pengusaha beling itu termasuk produktif menghasilkan sarang. “Setiap kali panen sanggup diperoleh 20-30 kg,” ujar laki-laki 42 tahun itu. Mujiono menjelaskan sebelum 1990-an panen sarang hanya berlangsung sekali setahun di ketika ekspresi dominan pancaroba. Berikutnya selepas 2000, panen berlangsung 2-3 kali setahun.


 Sebutan itu menempel karena Kawasan Kota Lama Semarang itu pada  Walet 22: Cericit Walet Di Kota Lama SemarangYang menarik meski dari luar bangunan itu terlihat kuno, tetapi di dalamnya sudah memenuhi standar rumah walet modern. Mujiono menuturkan semenjak 10 tahun kemudian si empunya bangunan sudah mencor bab dalam bangunan dengan beton setebal 25 cm.


Di tengah ruangan selain terdapat lagur-lagur daerah walet bersarang, dengan jarak antarlagur 40 cm, terdapat kolam air berukuran 6 m x 3 m untuk menjaga kelembapan. “Sekeliling bangunan di dalam juga dibentuk parit air selebar 30-an cm,” katanya.


Bangunan berisi walet lain di KKLS terletak di Gedung Marba, sekitar 20 meter dari lokasi favorit wisatawan di KKLS, yakni Gereja Blenduk. Gedung yang ketika ini menjadi kantor konsultan pajak itu, lantai satunya menjadi daerah hunian walet.


Pintu masuk walet bangunan yang dibangun oleh Martha Badjunet, saudagar dari Yaman pada era ke-19 itu hanya satu. Posisinya terletak di salah satu ujung bangunan. Pintu masuk itu hanya beling jendela terbuka. Jendela-jendela lain yang berjeruji diberi epilog tripleks. Di belakang Gedung Marba setidaknya masih terdapat 3 rumah yang juga menjadi hunian rumah walet.


Belum ada Komentar untuk "Walet 22: Cericit Walet Di Kota Lama Semarang"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel