Surga Koral Di Pulau Sambangan
Tiga jam. Itu waktu singkat yang tersedia untuk menatap keindahan terumbu karang bahari dengan mata telanjang di Pulau Sambangan, Kepulauan Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah.
Pemandangan aneka koral sepanjang 200 meter menghampar di atas permukaan laut. Great barrier reef di pantai timur Australia itu seolah berpindah daerah ke Pulau Sambangan. Kejadian unik di pulau berjarak 1,5 jam berlayar dari Dermaga Karimunjawa itu sanggup disaksikan antara Oktober-November.
Fenomena alam itu terjadi dikala tiba angin timur. Pada dikala itu arus bahari di Pulau Sambangan surut sampai 50-60 cm. Tak ayal, koral-koral-penghalang alias barrier reef-yang terendam selutut kaki mendadak naik kepermukaan. Sejatinya, koral-koral itu melindungi Pulau Sambangan dan Pulau Genting dari terjangan ombak besar.
Kedua pulau itu saling berhadapan, terpisah jarak 500 meter. Koral penghalang itu membujur dari sebelah barat Pulau Sambangan, kemudian menyambung dengan terumbu karang di sebelah timur Pulau Genting. Barisan koral-koral itu gampang kenali sebab mempunyai ciri dengan warna bahari biru muda. Sayang, fenomena alam tersebut berlangsung singkat karena arus pasang yang sulit diprediksi.
Pulau Sambangan yang dikelola pihak swasta sebagai daerah wisata mempunyai kegiatan konservasi koral. Pihak Pura Grup sebagai pengelola mengelontorkan dana miliaran rupiah untuk membiayai proyek budidaya koral semenjak Oktober 2002. Sejatinya, nilai hemat terumbu karang cukup tinggi. Sebab itu pada perdagangan internasional, jenis koral masuk dalam Appendix II CITES (Convention on International Trade Endagered Spesies of Wild Flora And Fauna). Artinya, jenis koral yang legal diperdagangkan harus hasil budidaya.
Sejauh ini budidaya koral di Pulau Sambangan seluas 8 ha itu tergolong sukses. Ukuran itu terlihat dari persentase keberhasilan transplantasi yang mencapai 90%, terutama jenis small polyp stony-koral berpolip kecil. Termasuk jenis ini ialah koral bercabang (branching) dan mendaun (foliosa) ibarat acropora, montifora, pocillopora, dan hydnopora. Mereka dipilih sebab cepat tumbuh. Contoh batang tunggal acropora berukuran 3-7 cm sanggup menjadi 5-6 cabang dalam tempo 7 bulan.
Pulau Sambangan juga perlu dinikmati dengan snorkeling. Harap mafhum, pemandangan yang tersaji di bawah air sungguh luarbiasa. Sinar matahari yang menembus air menciptakan spot-spot jelas pada badan koral. Sejauh mata memandang, bermacam-macam koral lunak dan keras tumbuh saling merapat kolam tajuk pepohonan besar di hutan. Menariknya lagi, di antara koral itu berenang aneka ikan hias ibarat napoleon wrasse, anemon, kepe, sampai kerapu bebek.
Sensasi itu semakin lengkap dikala melewati beberapa karang masif sebesar badan bayi. Tampak hamparan indukan acropora, montipora, dan pocillopora. Masing-masing induk itu ditanam dalam beton bulat bergaris tengah 30 cm. Selanjutnya mereka diletakkan berbaris di rak besi berukuran 2 m x 4 m. Setiap rak itu memuat 10-15 induk. Sejumlah beton induk sudah tak terlihat bulat lagi sebab tepinya sudah disesaki aneka koral.
Berjarak 3 meter dari lokasi berkedalaman 3-4 meter itu, terdapat area lain yang berisi koral hasil transplantasi. Koral-koral itu ditaruh dalam kotak kayu ulin di dasar laut. Kayu ulin dipilih sebab bambu yang selama ini digunakan ringkih kalau terkena air asin. Setiap kotak sanggup memuat 100 koral. Agar kondusif dari arus bawah, kotak itu diselipkan dalam kotak beton. Karang sanggup tumbuh sehat pada salinitas di atas 30 ppt dan suhu 26-28 derajat Celcius. Kondisi ideal itu tersedia di perairan Pulau Sambangan.
Belum ada Komentar untuk "Surga Koral Di Pulau Sambangan"
Posting Komentar