Walet 20: Liur Emas Di Bukit Kelam

Malam meluruh pekat ketika lebih banyak didominasi penduduk kota Kabupaten Sintang Walet 20: Liur Emas Di Bukit Kelam


Malam meluruh pekat ketika lebih banyak didominasi penduduk kota Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat sudah dibekap mimpi. Namun, 19 kilometer arah timur kota itu, di tebing Bukit Kelam, satu kegiatan mulai beranjak.


Segelintir orang ditemani tali tambang dan lampu senter beringsut kolam cicak. Mereka merayap dan menyusup di antara celah kerikil di tebing setinggi lebih dari 500 meter. Tujuannya mencari potongan sarang walet gua.


Pemanjatan itu tidak selalu membawa hasil yang diinginkan. Sarang walet gua. Selain letak celah tinggi dan curam, posisi sarang pun benar-benar sulit diraih.


Sarang liur emas itu ada di pojok-pojok dinding celah. Tangan biasa niscaya sulit menjangkaunya. Perlu alat bantu lain menyerupai galah dan tangga untuk sanggup mendekati posisi sarang itu. Dari kejauhan kegiatan mereka mencari sarang hanya terlihat dari cahaya senter bergerak-gerak ketika mereka mulai memanjat.


Bebeja.com yang tiba menjelang sore hari di tempat objek wisata alam seluas 520 ha itu memang belum beruntung mendapati walet-walet gua yang masuk ke dalam celah tebing. Biasanya sedikit menjelang agak gelap, walet gres datang. Itu pun masuk dari sisi barat. Padahal bab yang bebeja.com lihat merupakan sisi timur dari Bukit itu.


Kondisi alam di lokasi yang letaknya 50-800 m dpl dan mempunyai sudut kemiringan di atas 45 derajat itu terlihat mendukung keberadaan walet. Makrohabitat menyerupai sumber pakan sangat melimpah. Hal itu tampak mulai dari lereng sampai radius sekitar 5 km dari bukit, vegetasi tumbuhan merata. Selain pohon-pohon besar berdiameter di atas 60 cm juga terlihat vegetasi hutan sekunder muda yang disesaki tumbuhan perdu yang biasanya dipenuhi serangga terbang.


Kondisi mikrohabitat bukit yang mempunyai jenis kantong semar endemik Nepenthes clipeata itu ikut mendukung kenyamanan hidup walet. Suhu terpantau berkisar 26-28 derajat Celcius dan kelembapan diperkirakan mencapai di atas 70%. Indikasinya selain banyak lumut tumbuh di batang pohon, tanah pun berair ketika dipegang. Apalagi celah tebing tempat walet gua menciptakan sarang kondisinya sangat gelap. Di sana kelembapan di perkirakan berkisar 80-90%.


Menurut Iman, salah satu pemburu, sampai 1990 kepemilikan gua-gua walet di Bukit Kelam itu belum jelas. “Belum ada yang mengatur sehingga banyak kelompok saling mengaku sebagai jago waris gua itu,” ujarnya. Baru pada 24 November 1991 dibentuk keputusan bersama antara pemerintah Kabupaten Sintang dan kepala Desa Kebong, tempat lokasi sarang walet gua itu berada.


Berdasarkan keputusan bersama itu, 3 sumber sarang walet di Bukit Kelam yaitu Gua Besar, Gua Perujai, dan Gua Punjung, masing-masing dikelola oleh 2-7 kelompok. Gua Besar, contohnya dikelola kelompok keturunan Perabu, Suayang, Kitut, Ganding, Marintai, Adam, dan Melintang.


Kelompok-kelompok itu hanya boleh memanen setiap 4 bulan sekali sesuai waktu dan giliran yang disepakati bersama. Sayang, sampai sekarang belum ada data akurat volume produksi sarang walet setiap kali panen.


Belum ada Komentar untuk "Walet 20: Liur Emas Di Bukit Kelam"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel