Hidup Sehat Dengan Pangan Organik

Tiga tahun kemudian merupakan masa jelek bagi Kiki Sam yang menginjak usia 30 tahun pada Mei 2013. Dokter memvonis gadis penyuka travelling itu sebagai penderita hipertensi. Di usia produktif tersebut, Kiki yang berdomisili di Bandung, Jawa Barat itu mempunyai tekanan darah 160/100 mmHg.


Tekanan darah tinggi itu menciptakan jantung Kiki sering berdebar-debar dan emosinya gampang tersulut. Namun, perubahan terjadi sehabis Kiki mulai rajin mengonsumsi sayuran organik. Hipertensinya menurun seiring menurunnya tekanan darah menjadi 120/80 mmHg. Itulah tekanan darah normal rata-rata manusia.


Perkenalan Kiki dengan sayuran organik terjadi tidak sengaja. Setahun lalu, karibnya mengajak menghadiri seminar sayuran organik dan keluarga sehat di Jakarta. Itu pertama kali wanita yang bekerja sebagai pengelola bazar di Jakarta berkenalan dengan produk organik. Kiki menuturkan ketertarikannya alasannya ialah pada ketika bersamaan sedang menjalani terapi food combaining untuk menurunkan hipertensi. Salah satu cara food combaining tersebut ialah mengonsumsi produk organik. Salah satunya ialah menciptakan jus sayuran.


Berselang 2 bulan mengonsumsi produk organik bermacam-macam sayuran ibarat wortel, bayam, seledri, dan bit, badan Kiki berangsur-angsur lebih bugar. Ia juga mengalami penurunan bobot badan dari semula 58 kg menjadi 55 kg. Tentunya yang paling membahagiakan Kiki ialah tekanan darahnya menjadi normal.


Hasil survei dari New Zealand Food di Journal See Soil & Health menyebutkan tumbuhan yang disemprot pestisida setidaknya mempunyai 17 macam residu. Bila residu itu masuk ke dalam badan dan terakumulasi bertahun-tahun, perlahan tapi niscaya akan bersifat karsiogenik atau menjadi penggagas kanker. Belum lagi dampak merugikan ibarat menyebabkan kelainan fungsi endokrin, lever, terjadi aneh pada bayi, dan kelainan pada sistem saraf serta kekebalan tubuh.


Penelitian oleh Rutgers University, Amerika Serikat memperlihatkan keunggulan produk organik ibarat kandungan mineral. Contohnya selada organik. Dari rata-rata berat kering per 100 gram terlihat kadar fosfat, kalsium, dan magnesium mencapai 4 kali lebih tinggi daripada selada nonorganik. Beberapa mineral yang dijumpai pada selada organik itu tidak dijumpai pada selada nonorganik ibarat cobal dan sodium. Yang disebutkan terakhir meski sedikit diharapkan tubuh, tapi terlibat dalam metabolisme.


Menurut Dr Guy Chapman, pendiri Asosiasi Soil & Health, pangan organik secara umum menyehatkan tubuh. Pakar Physical and Mental Welfare Society itu yakin sehabis menerima bukti dari serangkaian ujicoba pada hewan.


Dari 14 perlakuan pakan organik dan nonorganik, binatang yang menerima asupan produk organik mempunyai pertumbuhan lebih cepat, organ reproduksi lebih sehat, dan kemampuan diri memulihkan dari luka lebih singkat.


Kehadiran produk pangan organik memang menguntungkan. Menurut Prof Dr Ali Khomsan, dosen jurusan Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, pangan organik berjasa meminimalisasi pengunaan pestisida dan pupuk buatan. Para pelaku akan mengikuti hukum takaran kondusif bagi lingkungan.


Terbukti, beberapa negara hingga ketika ini gencar mendukung kehadiran produk organik. Di Inggris, misalnya, setiap pekebun organik memperoleh pemberian hingga 10.000 poundsterling. Pemerintah Thailand, China, dan India mengucurkan dana khusus bagi perkembangan lahan pertanian organik. Hal itu semestinya juga ditiru oleh pemerintah Indonesia biar masyarakat menjadi lebih sehat.


Belum ada Komentar untuk "Hidup Sehat Dengan Pangan Organik"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel