Limbah Jadi Listrik Ala PT Growth Asia

 dan serbuk kayu bernilai emas bagi PT Growth Asia di Medan Limbah Kaprikornus Listrik Ala PT Growth Asia


Limbah biomassa kelapa sawit, kayu, sekam padi, tongkol jagung, serat sawit, dan serbuk kayu bernilai emas bagi PT Growth Asia di Medan, Sumatera Utara.


Koresponden bebeja.com, Faiz Yajri yang menyambangi perusahaan yang berdiri pada 1989 itu menyaksikan perusahaan bisa mengubah limbah tersebut menjadi energi listrik melalui Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Biomassa Growth Asia. Sebuah prestasi luarbiasa!


PT Growth Asia melirik biomassa sebagai sumber energi karena kelangkaan pasokan listrik di Sumatera Utara. Sampai September 2013, contohnya terjadi kekurangan pasokan listrik sebesar 380 megawatt (MW). Padahal kebutuhan energi listrik PT Growth Asia semakin meningkat seiring naiknya kapasitas produksi baja menjadi 4.000 ton dari semula 3.500 ton.


Sebagai gambaran, sebuah tanur kapasitas 5 ton butuh listrik 2.000 kilowatt (KW). Padahal jumlah tanur PT Growth Asia mencapai 8 buah atau perlu listrik 16 MW. Kondisi itu yang mendorong PT Growth Asia membangun PLTU Biomassa kapasitas 2 x 15 MW dengan nilai investasi 1-juta dolar setiap MW.


Pada PLTU itu boiler yang digunakan merupakan buatan Indonesia berlisensi Jepang. Generator turbin menggunakan produk Tiongkok dan modul pengatur turbin buatan Amerika Serikat yang dirakit di Medan. Pembangunan PLTU rampung selama setahun. Sebuah unit berproduksi pada Oktober 2011 dan 2 unit berjalan pada Juni 2012.


Dengan waktu operasi 7.500 jam/tahun, unit PLTU Biomassa kapasitas 15 MW itu menghasilkan energi listrik sebesar 112.500.000 kWh. Sumber materi baku boiler berupa TKKS diperoleh dari pabrik kelapa sawit dalam radius 150 km. TKKS berupa cangkang yang dimasukkan ke boiler berkapasitas 70 ton/jam. Uap panas yang dihasilkan kemudian dialirkan untuk memutar turbin uap berkapasitas 15 MW untuk memperoleh energi listrik. Untuk menghasilkan 1 kWh listrik memerlukan 1,2 kg cangkang sawit. Berikutnya listrik itu digunakan memasok pabrik baja PT Growth Asia yang berjarak 7 km dari PLTU.


Sejalan waktu, materi baku mulai menjadi hambatan karena harganya cenderung naik. TKKS contohnya dari semula Rp400/kg menjadi Rp680-Rp700/kg. Hal itu otomatis menaikkan ongkos produksi. Sebab itu PT Growth Asia melirik limbah lain, yaitu tongkol jagung, kayu, fiber, sekam padi, dan serat sawit.


Komposisi materi baku pada boiler juga berubah antara lain 40% kayu, 30% fiber, 15% cangkang, dan sisanya serbuk kayu, tongkol jagung atau sekam padi. Pada waktu lain komposisi menjelma 30% fiber dan 70% cangkang. Intinya komposisi itu harus bisa menghasilkan energi 3.000 kkal/kg.


Energi listrik produksi PLTRU Biomassa Growth Asia tidak hanya digunakan sendiri, tetapi kelebihannya disalurkan pada Perusahaan Listrik Negara (PLN). Total kelebihan energi listrik itu mencapai 39 MW. Pasokan listrik itu otomatis menghemat ongkos produksi listrik PLN sampai ratusan miliar.


Secara hemat biaya pokok produksi PLTU Biomassa lebih tinggi ketimbang harga jual. Sebagai perbandingan specific fuel consumption berkisar 1,2 kg cangkang/kWh menelan biaya bakar Rp840/kWh. Dengan perhitungan biaya operasional, bunga investasi, dan depresiasi rupiah, harga jual listrik biomassa tidak menarik. Meski begitu, PT Growth Asia terus berkontribusi mensukseskan jadwal pemerintah dalam pemanfaatan energi gres dan terbarukan sebesar 25% pada 2025.


 dan serbuk kayu bernilai emas bagi PT Growth Asia di Medan Limbah Kaprikornus Listrik Ala PT Growth Asia


Belum ada Komentar untuk "Limbah Jadi Listrik Ala PT Growth Asia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel