Ali Zum Mashar: Berburu Mikrob Ekstrim
Salah satu sudut Kota Janabiya di Bahrain yang semula hamparan pasir sekarang tampak hijau oleh aneka macam tanaman. Siapa sangka kreator di balik pemandangan hijau itu yakni warga Indonesia, Ali Zum Masyhar.
Ali menggunakan kombinasi bermacam-macam mikrob ibarat rhizobium yang mengikat nitrogen di udara, Bacillus sp yang melarutkan fosfat serta Pseudomonas sp yang memproduksi fitohormon ibarat auksin, giberelin, dan sitokinin. Kombinasi ketiganya ditambah mikrob lain itu yang bekerja menghijaukan gurun. Tak sekedar hijau, tumbuhan pun tumbuh bongsor.
Kunci sukses itu terletak pada kemampuan mikrob membenahi tanah. Kemampuan itu berdasarkan peraih hak kekayaan intelektual luar biasa 2009 itu penting alasannya yakni tanah subur akan menciptakan pertumbuhan bagus. Hal itu juga berkaca dari pengalaman Ali melihat petani lokal yang justru terlalu banyak menabur pupuk tanpa memperhatikan kebutuhan tumbuhan dan kesuburan tanah.
Salah satu pola yakni pemakaian pupuk Urea. Urea berlebihan di tanah menciptakan tanah sulit bernafas dan air sudah meresap. Pupuk lainnya ibarat TSP dan fosfat menciptakan tanah masam sehingga tumbuhan rentan terjangkit penyakit dan menjadi kerdil oleh alasannya yakni dinding sel tumbuhan menipis.
Mikrob unggul yang digunakan pemilik PT Alam Lestari Maju Indonesia itu dikumpulkan selama 10 tahun.
Semua bermula pada 1998 ketika Ali yang bekerja sebagai peneliti di Depnakertrans menerima kiprah menangani proyek lahan gambut sejuta hektar. Lahan gambut banyak kandungan pirit, besi, mangan, serta alumunium. Untuk mengatasinya dibuatlah parit serta menebar 1 ton kapur per hektar untuk menetralisir tanah masam. Upaya itu belum sepenuhnya berhasil.
Jalan jelas terbuka ketika Ali tiba ke Kalimantan Tengah dan menjumpai sejenis tumbuhan kacang-kacangan yang sanggup tumbuh subur. Setelah diteliti, terdapat kiprah mikrob di akar tumbuhan yang bisa menetralisir kondisi masam di lahan.
Alumnus Fakultas Pertanian Jenderal Soedirman itu juga menemukan mikrob unggul lain di tempat tambang pasir di Kalimantan Tengah, tambang emas di Kalimantan Selatan, tanah mengandung alumunium di Padang Sumatera Barat, sampai ke Nabire, Papua Barat.
Total jenderal Ali mengkoleksi 18 mikrob unggul yang kemudian “disatukan” melalui serangkaian uji sehingga muncul produk tamat berupa kumpulan mikrob yang bisa memproduksi hara dan nutrisi lain melalui prosedur bioperforasi.
Hasil produk itu ketika ini sudah menyebar luas di lokal sampai mancanegara. Bahkan produk mikrob Ali mencetak rekor dari Museum Rekor Indonesia pada 2004 alasannya yakni sehabis diaplikasi bisa menghasilkan kedelai setinggi 3,8 meter dengan jumlah polong mencapai 2.800 butir.
Belum ada Komentar untuk "Ali Zum Mashar: Berburu Mikrob Ekstrim"
Posting Komentar