Ciplukan Hambat kanker Payudara

Tri Widyasari di Yogyakarta tidak pernah mengira bakal mengidap kanker payudara Ciplukan Hambat kanker PayudaraTri Widyasari di Yogyakarta tidak pernah mengira bakal mengidap kanker payudara. Semua itu berawal dari ketidaksengajaan ketika ia mencicipi benjolan keras di payudara kirinya pada 2014.


“Benjolannya seukuran biji kedelai,” ujarnya. Benjolan tersebut tidak terasa sakit. Perempuan 32 tahun itu segera memeriksakan diri ke sebuah rumahsakit. Di sana dokter menyarankannya melaksanakan investigasi hispatologi dikombinasi CT scan. Hasilnya? Tri divonis menderita kanker payudara stadium 2.


Sejatinya kanker payudara menyerupai dialami Tri merupakan salah satu kanker yang banyak menyerang wanita di dunia ketika ini. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan American Cancer society menyebutkan setiap tahun diperkirakan terdapat lebih dari 600.000 masalah baru.


Jumlah penderita itu bergotong-royong jauh lebih besar, tetapi banyak wanita abai tidak secara terencana mengecek ke rumahsakit atau dokter. Di tanahair, kanker payudara merupakan kanker kedua terbanyak penderitanya setelah kanker leher rahim atau serviks.


Tri Widyasari di Yogyakarta tidak pernah mengira bakal mengidap kanker payudara Ciplukan Hambat kanker Payudaraberbagai riset memperlihatkan, wanita beresiko menderita kanker payudara ialah wanita berumur di atas 30 tahun dengan puncak umur rentan antara 40-45 tahun. Pemicu lain ialah riwayat keluarga, meskipun tidak mutlak.


Perempuan dengan riwayat tumor juga beresiko tinggi menderita kanker payudara. Faktor lainnya ialah haid terlalu muda, menopause di atas umur 50 tahun, tidak menikah atau tidak menyusui serta melahirkan anak pertama di atas usia 35 tahun.


Gejala kanker payudara yang dirasakan Tri merupakan tanda-tanda umum. Gejala lainnya ialah payudara terasa panas, perubahan puting yang sanggup masuk ke dalam atau terasa sakit sampai mengeluarkan cairan atau darah. Pada masalah berat, puting dan area puting terlihat kemerahan atau kecokelatan diiringi pembengkakan bahkan borok.


Tri memang disarankan menjalani kemoterapi untuk mengatasi kanker payudara itu. Namun gadis tersebut menolak karena takut mengingat ia belum menikah. Solusinya diperoleh setelah kerabatnya menyarankannya untuk mengonsumsi air rebusan daun ciplukan Physalis angulata. Caranya Tri mengambil 7 lembar daun dan merebusnya dalam 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas dan meminumnya setiap pagi.


Atas saran ibunda, Tri mengkombinasikan dengan tanaman obat temulawak. “Dua umbi temulawak diparut kemudian dicampur segelas air dan disaring,” ujarnya. Kombinasi herbal itu diminum berselang-seling. Tiga bulan rutin mengonsumsi, benjolan di payudara kiri Tri mulai mengecil. “Hampir tidak terasa jikalau diraba,” ujarnya.


Peran daun ciplukan untuk mengatasi kanker payudara sejalan riset Maya Fitria dan rekan dari Cancer Chemoprevention Research Center, Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. Penelitian itu mengambarkan ekstrak etanolik herba ciplukan yang mempunyai senyawa saponin, flavanoid, polifenol, dan fisalin tersebut bersifat sitotoksik sehingga bisa menciptakan sel kanker payudara MCF-7 mengalami apoptosis. Apotosis merupakan jadwal bunuh diri sel kanker.


Penelitian HC Chiang dan rekan yang tertuang dalam jurnal Anticancer Research 12(4) pada 1992 mengambarkan senyawa fisalin yang terdapat pada daun ciplukan ampuh meredam bahkan “mematikan” perkembangan sel-sel kanker pada penderita leukimia.


Belum ada Komentar untuk "Ciplukan Hambat kanker Payudara"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel