Bebeja 11th Agrinex Expo 2017 (4): Spesial White Tea

Sanyoto penggemar teh sejati. Ia meminum 3-5 gelas teh sehari. “Saya menyukai teh tubruk,” ujar laki-laki 44 tahun asal Bekasi, Jawa Barat itu ketika dijumpai bebeja.com pada Agrinex Expo 2017 di Jakarta Convention Center.

Di sebuah anjungan yang memamerkan sejumlah produk teh premium, Sanyoto terkesiap ketika menerima klarifikasi harga white tea. “Sekilo white tea sanggup mencapai Rp1,7-juta, bahkan di luarnegeri mencapai Rp3-juta,” ujar Dian, staf anjungan itu.

White tea alias teh putih memang jarang terdengar di pasar lokal. “Saya juga gres tahu ada white tea. Saya cuma tahu teh hitam dan teh hijau,” kata Sanyoto. Padahal di mancanegara, white tea sohor sebagai teh super premium karena untuk memperolehnya tidak sembarangan. Hal itu terkait khasiat, antara lain membikin abadi muda.

White tea dipanen dari pucuk teratas tanaman teh yang masih kuncup. Kuncup yang masih menggulung dari teh yang dahulu hanya dikonsumsi para kaisar di Tiongkok itu berselimutkan bulu halus putih keperakan. Kuncup yang disebut peko itu dipetik hati-hati, sebelum menjalani sejumlah proses menyerupai pelayuan sampai pengeringan.

Proses alami itu menciptakan kadar klorofil teh rendah, tapi melimpah senyawa polifenol sebagai sumber antioksidan. Di antara semua jenis teh, kadar polifenol pada white tea termasuk paling tinggi. “Ini memang dijual sebagai materi untuk minuman kesehatan,” kata Dian. Produk white tea imporlah yang mengisi pasar di tanahair. “Padahal materi bakunya ada yang berasal dari Indonesia,” ujarnya.

Sejumlah perusahaan dan institusi di tanahair belakangan melirik berbagi white tea tersebut untuk pasar ekspor. Salah satunya yaitu Pusat Penelitian Teh dan Kina yang meluncurkan produk white tea Gamboeng dari perkebunan teh di Gambung, Jawa Barat.

Bagikan Artikel ini