Taman Jepang: Filosofi Batu Dan Pasir
Pernah melihat taman jepang? Kesan yang menancap yaitu sederhana dan alami sebab taman jepang tersebut hanya terdiri atas watu dan pasir.
Lantas apa maknanya? Dalam buku Sakuteiki karya Tachibanano, pasir melukiskan deburan ombak yang alunannya digambarkan dengan garis-garis asimetris. Ombak itu akan mengelilingi pulau-pulau kecil yang juga bermakna sebagai kabut. Perbatasan antara ombak dan daratan dicerminkan dengan kehadiran batu.
Peletakkan watu juga dihentikan sembarangan. Batu dibagi menjadi 2 tipe: kazariishi yang mempunyai keindahan dan suteishi yang hanya mempunyai nilai estetika alias pemanis.
Urutan utama ketika diletakkan yaitu kazariishi yang menjadi titik sentra taman. Kazariishi boleh aneka macam macam bentuk, tapi biasanya ukuran lebih besar dan mempunyai bentuk artistik. Untuk pasir, secara umum dikuasai menggunakan pasir putih yang mencerminkan kesederhanaan dan ketulusan. Bila pemilik taman jepang ingin menambahkan panorama pengunungan, boleh saja tetapi hanya sebagai latar dari taman. Panorama itu dapat dihadirkan melalui kombinasi 2-3 jenis tanaman.
Belum ada Komentar untuk "Taman Jepang: Filosofi Batu Dan Pasir"
Posting Komentar