Jeruk Keprok Soe Nusa Tenggara Timur
Menyusuri ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kupang, tak lengkap kalau tidak merasakan salah satu buah unggulan nasional: jeruk keprok soe.
Datanglah ke pasar buah Fontein di Jalan Moch. Hatta. Bila beruntung menjumpai jeruk seharga Rp24.000-Rp25.000/kg yang biasa panen raya pada Juli-September itu, rasakan citarasa daging buahnya yang istimewa ketimbang jeruk keprok lokal lain dan impor.
Menyebut jeruk keprok soe memang tidak sanggup lepas dari Kabupaten Timor Tengah Selatan. Harap mafhum kabupaten seluas 394.700 hektar tersebut merupakan rumah jeruk keprok soe.
Nama Soe yang menempel merupakan sebutan bagi ibukota Kabupaten Timor Tengah Selatan itu. Beberapa kecamatan di kabupaten itu ibarat Kecamatan Mello, Kecamatan Amanatun, dan Kecamatan Kuanfatu merupakan pusat jeruk keprok soe.

Riset Damianus Adar dari IPB pada 2011 memperlihatkan setiap petani jeruk keprok soe rata-rata mempunyai 0,66 hektar dengan luas maksimal 3 hektar dan minimal 0,1 hektar.
Pekebun juga sebagian besar masih menumpangsarikan dengan aneka flora palawija ibarat jagung, labu, kacang-kacangan, dan ubi. Damianus Adar menyebutkan pula rata-rata dari tumpangsari itu 21,83% lahan ditanami jeruk keprok soe.

Harga jeruk keprok soe di pekebun berkisar Rp7.500-Rp8.000/kg. Di pasar kabupaten harganya sudah melonjak rata-rata mencapai Rp18.000/kg dan lebih tinggi lagi ketika dijual pada konsumen di ibukota provinsi sampai Rp24.000-Rp25.000/kg.
Harga itu lebih tinggi dibandingkan jeruk keprok medan (Rp16.500/kg), jeruk keprok Manggarai (Rp15.000/kg), jeruk keprok impor Cina (Rp17.500/kg), dan jeruk keprok impor Australia (Rp19.000/kg). Itu bukti jeruk keprok soe memang istimewa.

Belum ada Komentar untuk "Jeruk Keprok Soe Nusa Tenggara Timur"
Posting Komentar