Sumedang Punya Tembakau Mole
Datanglah ke Kabupaten Sumedang sehabis petani memanen padi. Di salah satu kecamatan, Kecamatan Tomo, petani akan beralih menanam tembakau mole. Itulah acara yang berjalan lebih dari seabad. Menurut Emen Rahman, pekebun tembakau mole, ia dan warga lain hanya mengikuti kebiasaan nenek moyang.
Tembakau mole yang ditanam memang istimewa. Nicotiana tobacum itu merupakan jenis tembakau lokal yang bercitarasa dan beraroma khas. Aromanya tembakau mole tajam, tetapi terasa lembut.
Kecamatan Tomo sohor sebagai produsen tembakau mole putih. Mole putih merupakan rajangan daun tembakau yang dijemur sehari. Bila tembakau tersebut dijemur hingga 7 hari, warnanya menjadi kemerahan atau kehitaman dan dipanggil sebagai mole merah atau mole hitam. Rasa tembakau mole merah dan hitam lebih keras sehingga cocok untuk perokok kelas berat.
Sentra tembakau mole merah dan hitam berada di Kecamatan Pamulihan, Rancakalong, dan Tanjungsari. Sejatinya Kabupaten Sumedang merupakan salah satu tempat penghasil tembakau di Jawa Barat selain Kabupaten Garut dan Kabupaten Majalengka.
Data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sumedang pada 2009 memperlihatkan, budidaya tembakau di kabupaten yang bergelar Kota Beludru itu tersebar di 25 kecamatan dengan total luas penanaman mencapai 2.536 ha dan produksi 22.285,76 ton. Luas lahan penanaman di Kecamatan Tomo termasuk terbesar mencapai 400 ha.
Menurut Emen, petani di Kecamatan Tomo menanam tembakau di lahan 0,5-1 ha. Populasi setiap ha mencapai 14.000 flora dengan jarak tanam 70 cm x 80 cm. Populasi itu lebih sedikit dibandingkan tembakau lain menyerupai Virginia yang sanggup mencapai 18.000 tanaman/ha. Jumlah sedikit itu karena daun tembakau mole lebih lebar.
Yang menarik kebanyakan petani tidak memanen sendiri melainkan menjual flora di lahan eksklusif kepada pengepul begitu flora menginjak umur 60 HST (hari sesudah tanam). Harga jual dihitung per flora ketika tingginya satu meter dengan 12-15 lembar daun. Harganya Rp3.000 per tanaman. Harga itu berfluktuasi bergantung kepada luas area penanaman. Bila barang gampang diperoleh harga per flora sanggup anjlok separuhnya Rp1.500.
Tembakau mole memang istimewa. Bagi petaninya populer pameo, bako mah hirup sapoe, paeh sapoe atau tembakau itu hidup sehari dan mati pun sehari. Maksudnya kualitas mole bergantung kepada penjemuran pertama sesudah panen.
Bila penjemuran mendapat sinar matahari cukup sehingga daun kering sempurna, kualitas tembakau masuk kelas satu. Namun sebaliknya, kalau penjemuran tak cukup, terhalang cuaca mendung, daun masih terasa berair dan kualitas mole dinilai rendah.
Mutu berdampak pada harga jual. Saat ini kualitas kelas satu sanggup mencapai Rp50.000/kg; rendah Rp15.000/kg. Daun yang telah kering siap dirajang. Perajangan lazim dilakukan mulai pukul 23.00-09.00. Mayoritas perajang yaitu pria, sedangkan wanita mengiris, sehingga ada ungkapan perjuangan tembakau mole untuk orang beristri.
Perajangan dilakukan dengan cara mengulung 20 daun sekaligus kemudian dimasukkan ke dalam lubang alat perajang yang menghasilkan ketebalan irisan 0,5-1,0 mm. Hasil rajangan itu kemudian dijemur kembali menggunakan sasag (alat penjemur) yang memuat rajangan 60 lembar daun.
Hasil rajangan itu dijual sebagai isi rokok tingwe. Tingwe merupakan akronim dari linting dewe alias meracik rokok sendiri menggunakan kertas pahpir. Salah satu merek generik rajangan tembakau mole yang dijual yaitu cap Perahu. Kebiasaan melinting rokok dengan isi tembakau dianggap lebih murah dan lebih nikmat. Sebab orang sanggup mencampur sendiri tembakau dengan banyak sekali rempah yang disukai, menyerupai cengkeh atau damar.
Bagi petani di Kabupaten Sumedang, menanam tembakau lebih menguntungkan. Sebagai citra untuk luasan 0,6 ha sawah hanya menghasilkan 14 kuintal padi setara Rp4,2-juta. Biaya produksi mencapai Rp3,5-juta, jadi manfaatnya hanya Rp700.000 per 4 bulan masa tanam. Meski laba tidak terlalu besar, warga yakin warisan bebuyutan nenek moyang itu selalu mendatangkan berkah.
Belum ada Komentar untuk "Sumedang Punya Tembakau Mole"
Posting Komentar