Sengon Pakai Pupuk Hayati

 Solihin sanggup memanen ukuran tersebut dalam waktu  Sengon Pakai Pupuk Hayati


Sengon berdiameter 30-40 cm dipanen sesudah berumur 8 tahun. Namun, Solihin sanggup memanen ukuran tersebut dalam waktu 5 tahun. Kuncinya, terletak pada pemakaian pupuk hayati.


Masih segar dalam ingatan pekebun di Kecamatan Sukamanis, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu dikala ia memanen 1.000 pohon sengon pada September 2012.


Paraserianthes falcataria sudah mencapai diameter 35 cm. Dengan harga jual ke pengepul Rp200.000/pohon, ayah 3 putra itu memperoleh pendapatan Rp200-juta. Rupiah sebanyak itu semestinya diperoleh Solihin pada 2015.


Semula Solihin menanam 1.000 bibit sengon pada awal 2007 di lahan 2.500 m2. Setelah setahun dipelihara, 100 pohon di antaranya sakit. Batang-batang sengon berdiameter 4-5 cm itu sulit bertambah lebar dan besar. Padahal sengon lainnya mencapai diameter di atas 10 cm. Daun-daun anggota keluarga Leguminose yang sakit itu menguning dan berguguran. Pada awalnya Solihin ingin menebang pohon-pohon sakit itu.


Belakangan impian itu pupus sesudah seorang formulator pupuk hayati di Bekasi, Jawa Barat, memperlihatkan produk pupuk hayati untuk mengobati sengon bermasalah itu. Semula Solihin menolak, tapi sesudah menerima iktikad ia mulai mencoba. Solihin menyemprotkan batang sengon tersebut 4 kali setahun menggunakan pupuk hayati. Setiap kali menyemprot Solihin menggunakan dosis 10-15 tutup botol dicampurkan 14 liter air. Penyemprotan juga dilakukan untuk sengon yang sehat.


Penyemprotan hingga tahun ke-4 itu memperlihatkan hasil menggembirakan. Daun-daun lebih hijau dan diameter batang terus bertambah. Singkat kata, pada tahun ke-5 semua sengon sakit telah sembuh dan tinggi serta diameternya hampir sama menyerupai sengon sehat lainnya.


Kondisi itu menarik pekebun lain yang letak kebun sengonnya bersebelahan dengan kebun Solihin. Mereka juga bermasalah karena sejumlah pohon sengon meranggas. Hasilnya? tidak jauh berbeda. Sengon yang meranggas itu mulai sehat kembali.


Pemakaian pupuk hayati memang memberi banyak keuntungan. Solihin menjelaskan untuk memelihara 1.000 sengon di tahun pertama perlu adonan pupuk Urea, KCl, dan TSP sebanyak 400 kg. Harga per 100 kg pupuk itu Rp200.000. Di tahun kedua, pupuk yang digunakan hanya pupuk Urea sebanyak 500 kg.


Berikutnya jenis dan jumlah pupuk yang sama diberikan hingga tahun ke-5. Total jenderal biaya pupuk anorganik tersebut mencapai Rp5-jutaan. Itu belum menghitung biaya pestisida. Hasilnya? batang-batang sengon berdiameter 30-40 cm dicapai pada tahun ke-6.


Dengan menggunakan pupuk hayati ongkos produksi sanggup lebih rendah. Populasi 1.000 sengon, contohnya Solihin hanya menggunakan 2 liter pupuk hayati seharga Rp200.000/liter. Bila tanaman yang masuk kelas kayu infinit IV itu dipupuk menyerupai menggunakan pupuk anorganik selama 5 tahun, biayanya hanya Rp1-juta. Padahal pupuk hayati cukup diberikan hingga tahun ke-4 saja. Dengan begitu total biaya yang dikeluarkan hanya Rp800.000.


Belum ada Komentar untuk "Sengon Pakai Pupuk Hayati"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel