Lebih Bugar Dengan Kefir

Riswanto tidak sendiri. Nun di Bandung, Jawa Barat, Yani Moelyani juga mencicipi efek serupa sehabis rajin mengonsumsi kefir dari susu sapi. Pegawai swasta itu rutin meminum 3 sendok makan setiap pagi sebelum berangkat kerja.
Menjelang tidur, ibu 2 anak itu kembali mengonsumsi sebanyak 2 sendok. Rutinitas selama setahun itu menciptakan daya tahan badan Yani lebih baik. “Saya hampir tidak pernah sakit batuk atau flu,” ujarnya. Penyakit sembelit yang kerap dialami Yani pun berangsur-angsur sirna.
Sejatinya kefir yang dikonsumsi Riswanto dan Yani berasal dari fermentasi susu. Susu sapi paling banyak digunakan sebagai materi dasar kefir oleh produsen kefir dibandingkan susu kambing. Harap mafhum susu sapi lebih gampang diperoleh. Pembuatan kefir tidak jauh berbeda dengan yoghurt, menggunakan bakteri. Yang berbeda hanya jenis basil yang digunakan selama fermentasi dan citarasa.

Haryadi dan rekan dari Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh dalam Jurnal Medika Veterinaria Volume 7 pada 2013 mengungkapkan, kadar alkohol pada kefir yang mempunyai kadar lemak 1,5% dan protein 3,5% itu mencapai 0,5-1%. Alkohol muncul karena kehadiran bakteri Saccharomyces kefir dan Torula kefir di susu masam tersebut.
Menurut Yani rasa masam pada kefir menciptakan beberapa kerabatnya yang pernah diminta mencoba mengonsumsi sempat menolak. Rasa kefir masam terjadi sebab penurunan pH sebagai akhir terbentuknya asam laktat dari metabolisme basil asam laktat. Jumlah populasi basil asam laktat menjadi indikator kualitas produk tersebut.
Fuller R dalam History and Development of Probiotic pada 1992 menyebutkan jumlah basil asam laktat kefir yang ideal untuk dikonsumsi sebanyak 10 pangkat 7 sampai pangkat 9. Jumlah itu rata-rata sudah terpenuhi pada produk kefir lokal yang dikonsumsi Riswanto dan Yani Moelyani.
Belum ada Komentar untuk "Lebih Bugar Dengan Kefir"
Posting Komentar