Aplikasi Teknologi Bioflok Pada Lele

Sejatinya teknologi bioflok memanfaatkan populasi mikrob dalam wujud gumpalan. Populasi itu mempunyai kegunaan dalam proses nitrifikasi yang mengubah amonia dari sisa-sisa pakan dan kotoran menjadi nitrat yang tidak berbahaya. Ujung-ujungnya lele nyaman hidup. Harap mafhum pada budidaya intensif, lele menerima asupan pakan berprotein tinggi biar tumbuh cepat. Padahal dari pakan itu hanya 25% terpengaruhi dan sisanya menjadi limbah.
Aplikasi teknologi bioflok tersebut memungkinkan pembesaran lele dengan padat tebar tinggi sampai 1.000 ekor/m3. Sortasi tetap diharapkan untuk menjamin keseragaman ukuran panen. Meski padat tebar tinggi, nilai konversi pakan (FCR) terbilang rendah hanya 0,7-0,9. Artinya untuk memperoleh 1 kg lele diharapkan pakan 0,7-0,9 kg.
Rendahnya nilai FCR itu alasannya yakni terjadi alasannya yakni peningkatan mikroflora di akses pencernaan lele sehingga memperbaiki metabolisme. Semakin gampang nutrisi terserap, lele cepat tumbuh. Dengan tumbuh lebih cepat itu, otomatis jumlah pakan lebih sedikit. Untuk padat tebar 5.000 ekor lele ukuran 5-7 cm per kolam, biaya pakan terpangkas Rp700.000-Rp800.000 selama pembesaran.

Kehadiran mikrob menciptakan penanganan limbah lebih mudah. Pembuangan limbah hanya dengan membuka backwash sehingga limbah yang mengendap di dasar terbuang. Maksimal air yang dibuang air 10%. Bila konvensional, saat kadar amonia tinggi, penggantian air sanggup mencapai 50%.
Aplikasi Teknologi Bioflok dari Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)
1. Kolam diberi air dan dilakukan aerasi air selama 2 hari.
2 Berikan kaporit 15-30 ppm selama 3 hari dan Na tiosulfat 15-30 ppm 1 hari.
3. Tebar benih ukuran 7-8 cm
4. Berikan probiotik 100 ml/m3 dan kapur 30 ppm
5. Pakan 3-5% dan molases 25%
Belum ada Komentar untuk "Aplikasi Teknologi Bioflok Pada Lele"
Posting Komentar