Satwa Hadir Di Pekarangan Rumah
Sejatinya, pekarangan yang tepat sanggup menghadirkan bermacam-macam satwa di dalamnya menyerupai burung, kupu-kupu, bajing, katak hingga kunang-kunang. Mereka akan tiba tanpa diundang. Hal itu terwujud bila flora di pekarangan tidak diutak-atik selama minimal 2 tahun sehingga habitat alami terbentuk.
Yang menarik keberadaan pekarangan di setiap suku mempunyai zonasi berbeda. Semua berlandaskan kepada pengetahuan lokal. Di Jawa Barat, contohnya pekarangan terbagi dalam 3 zonasi, yakni depan yang disebut buruan, samping disebut pipir, dan belakang, kebon.
Buruan lazim ditanami flora hias dan buah. Zona ini menjadi area pujian pemilik rumah. Buruan di pedesaan seringkali ditaruh lumbung padi. Sementara pipir dan kebon ditanami flora produktif yang sanggup memenuhi kebutuhan pangan pemiliknya menyerupai sayuran, bumbu dapur, serta flora obat.
Pemandangan berbeda tampak di Bali. Penduduk desa di Pulau Dewata tersebut membagi pekarangan menjadi 3 wilayah, yaitu parahyangan, pawongan, dan palemahan. Parahyangan digunakan untuk sesuatu yang berkaitan dengan Sang Pencipta menyerupai flora untuk sesajen. Sebab itu di sana dibangun pura kecil.
Lain lagi dengan pawongan, cuilan pekarangan tengah yang merupakan wilayah flora produktif. Sementara itu palemahan atau pekarangan bawah, merupakan daerah untuk menaruh kotoran dan limbah menyerupai sampah dapur dan lainnya.
Bagaimana kalau halaman merupakan lahan sempit menyerupai di perkotaan. Jawabnya ialah melaksanakan modifikasi pekarangan dengan memanfaatkan taman vertikal, hanging garden alias menanam di pot gantung, hingga roof garden (taman atap). Tanaman yang cocok ditanam dengan kondisi itu ialah hanjuang, keladi-keladian, kamboja, bunga sepatu, tapakdara, bunga pukul 4, dan pacar air. Kehadiran tabulampot memungkinkan, tinggal diubahsuaikan dengan ketersediaan tempat.
Belum ada Komentar untuk "Satwa Hadir Di Pekarangan Rumah"
Posting Komentar