Rumah Susun Udang Galah (1)

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii sanggup mengadopsi gaya rumah susun. Kelebihannya, dalam setiap m2 sanggup dipelihara 30 bibit udang galah berukuran 1 cm. Dengan gaya itu pula, kelulusan hidup udang galah sanggup meningkat hingga 50%.

Sejatinya, pembesaran udang galah hanya memanfaatkan dasar bak sebagai kawasan tinggal. Itu pula yang menciptakan padat penebaran terbatas, 10 ekor/m2.

Bila memaksa populasi padat, udang galah yang moulting alias ganti kulit akan kesulitan menghindar dari kejaran udang lain. Sebab itu mortalitas sanggup tinggi, mencapai 40%.

Rumah susun meningkatkan padat tebar sekaligus produktivitas. Adalah Dr Ir Fauzan Ali, sang penemu dari Pusat Penelitian Limnologi LIPI di Cibinong, Bogor, Jawa Barat yang merancang berdiri rumah susun udang galah itu. Dengan rumah susun, populasi udang galah meningkat karena rumah susun sanggup memanfaatkan luas dan tinggi bidang kolam.

Setiap rumah berukuran 1,5 m x 1,5 m dengan 5 lantai. Susunan bertingkat itu menciptakan udang sanggup bersembunyi. Di setiap lantai terdapat ruang berukuran 20 cm x 20 cm yang pas dengan ukuran panjang badan udang hingga siap panen. Manfaat lain, ruang besar itu menciptakan pakan tidak terselip sehingga kualitas air terjaga.

Rumah susun menciptakan udang terhindar dari pencurian. Harap mafhum, rumah susun dibangun dari bilah bambu sehingga menyulitkan pencuri menjaring. Yang digunakan umumnya bambu renta alasannya yakni bambu muda masih mengeluarkan lendir. Bambu berdiameter 5 cm itu dipotong dengan panjang 80 cm. Setelah itu dirangkai membentuk bujur kandang menyerupai kotak keramba.

Tak hanya bambu, rumah susun sanggup terbuat dari kayu. Namun tidak disarankan menggunakan besi. Besi sanggup mengalami karat yang menimbulkan udang keracunan. Pengait antarbambu atau kayu juga dihentikan dipaku. Adanya bambu dan kayu memudahkan peripiton, pakan alami udang, sanggup melekat sehingga udang tidak kekurangan pakan alami.

Agar tidak mengapung, dasar rumah susun diberi 2 penopang bambu di kanan dan kiri sepanjang 30 cm. Setelah itu ditancapkan ke dasar kolam. Masing-masing keramba lantas disusun memenuhi 80% luas kolam. Agar gampang dipanen, antarrumah diberi jarak kurang lebih 1 meter. Panen dilakukan dengan mengambil udang yang menetap di ruang rumah.

Sistem rumah susun mutlak memperhatikan kualitas air. Harap mafhum, semakin padat penebaran, persaingan menerima oksigen juga tinggi sehingga perlu ada sirkulasi berarus tenang. Dalam sehari, air perlu 30% diganti dengan menyaring melalui filter sebanyak 3 kali sehari.

Sirkulasi juga berperan membuang sisa pakan dan kotoran. Berdasarkan hitungan, seekor udang sanggup mengonsumsi 100 gram pakan/hari. Dari 100 gram itu sekitar 21% menjadi amonia jikalau menggunakan pakan berkadar protein 35-40%. Saat pakan mengendap, protein pun menjelma amonia. Kehadiran amonia memang perlu dihindari alasannya yakni menimbulkan udang keracunan, lemas, dan malas makan. Ujung-ujungnya mati.

Stabilitas suhu dan pH juga berperan penting. Idealnya, suhu berkisar 28-30 derajat Celcius dengan pH 6,5-7. Saat suhu dan pH stabil, nafsu makan udang terjaga. Saat sirkulasi, kualitas air, dan suhu terjaga, tingkat kelulusan hidup pada pembesaran dengan padat tebar tinggi dalam rumah susun tetap tinggi.

Bagikan Artikel ini