Jadilah Manajer Berkompeten
Dalam suatu proses Training Need Analisis (TNA), saya menemui Presiden Direktur sebuah perusahaan tekstil yang mengeluhkan, “Saya punya banyak manajer, tapi mereka tidak kompeten. Mereka tidak bisa menciptakan keputusan efektif dan sekaligus efisien!”
Kompetensi sudah menjadi kata baku dalam bisnis di Indonesia. Kita sering mendengar ada pemimpin yang tidak berkompeten. Manajer yang tidak berkompeten. Bahkan banyak kata kompeten digunakan secara tidak kompeten di negeri ini.
Lantas apa kompetensi itu? Spencer dan Spencer (1993), menerjemahkan kompetensi sebagai adonan pengetahuan (Knowledge), kemampuan (Skills), dan perilaku kerja (Attitude) yang mendukung seorang manajer sanggup berkontribusi kasatmata dalam bisnis yang dikelolanya. Pada kasus perusahaan tekstil di atas, permasalahan terjadi sebab dewan direksi ingin setiap manajer bisa menciptakan keputusan di unit yang dipimpinnya secara efektif dan efisien dalam kerangka total keputusan perusahaan.
Saat konsep spesialisasi diterapkan banyak perusahaan di Indonesia, maka setiap manajer harus bisa mengambil keputusan efektif, berkaitan dengan kiprah yang diemban atau job description dan harus efisien, berkaitan dengan acara operasional. Menggerakkan maupun memakai sumberdaya perusahaan. Namun jika dewan direksi jarang memberdayakan (Empowering) para manajer, mereka akan sulit bisa berpikir efektif dan efisien.
Manajer incompeten cenderung mengambil keputusan berbasiskan Standar Operasional Procedure (SOP) saja. Mereka hanya pelaksana saja. Tidak lebih. Padahal pada pasar hyper-competition menyerupai dikala ini menuntut kompetensi manajer yang akan menciptakan perusahaan selalu kompetitif.
Adalah tanggung jawab dewan direksi melatih manajer untuk lebih kompeten. Manajer kompeten harus efektif dan efiesien dalam menjadi pemimpin perusahaan. Pada tahap berikutnya, manajer diberi kebebasan dan bertanggung jawab memimpin unit bisnis yang lebih luas.
Keadaan ini akan menciptakan para manajer terhindar dari kecenderungan hanya melihat bisnis dalam jarak pandang pendek (Myopi Manager). Manajer berkompeten semakin penting jika perusahaan memakai struktur operasional yang lebih ramping (Lean Organization) sehingga selaras antara proses hulu dan hilir suatu bisnis.
Penerapan kompetensi dalam bisnis dilihat dalam bentuk keberanian manajer mengambil keputusan sekaligus mengelola resiko. Tanri Abeng pada 1990 menerima gelar manajer Rp1-miliar sebab kompetensinya menciptakan keputusan SMART yang menciptakan bisnis yang dipimpinnya tumbuh berkesinambungan.
Berdasarkan pengalaman kami memperlihatkan training dan pengembangan (Training and Development) bagi banyak manajer selama ini, perubahan paradigma manajer merupakan hal penting. Pemberian psychometri test (test bakat) pada tahap awal. Baru pada tahap berikutnya, diperkuat dengan training dan pendampingan kompetensi manajerial yang diharapkan para manajer untuk mendukung keberhasilannya dalam bekerja.
Bila manajer mempunyai kompetensi manajerial, selain bisa mengambil keputusan efektif dan efisien. Mereka akan bisa mengelola risiko dari setiap keputusan yang diambil. Kemampuan mengelola resiko, akan menciptakan manajer semakin SMART dalam menciptakan keputusan sehingga mereka dan perusahaan mempunyai keunggulan bersaing dan terus tumbuh besar (Ir Ismet Ali MM ATP).
Riwayat Penulis: Ir Ismet Ali MM, ATP yakni Master Coach Soft Skill. Direktur PT British American Tobbaco (BAT) Indonesia Tbk (Leaf Department) pada periode 2000-2003 itu pada 2005 mendirikan 3C Virtual Human Capital (Talent Recruitment & Smart Training) yang telah melatih, menyebarkan kompetensi banyak supervisor dan manajer aneka perusahaan sehingga mereka menjadi aset berharga perusahaan dalam menjalankan perusahaan secara efektif dan efisien.
Belum ada Komentar untuk "Jadilah Manajer Berkompeten"
Posting Komentar