Menjala Ikan di Tepian Sungai Musi

 Romli serta rekannya bergegas turun dari bahtera kayu Menjala Ikan di Tepian Sungai MusiBak serdadu pasukan khusus, Romli serta rekannya bergegas turun dari bahtera kayu. Nyaris tanpa suara. Dengan cekatan mereka menciptakan ruang persegi panjang berukuran 200 m x 5 m berdinding jaring nilon di tepian Sungai Musi di wilayah Desa Upang, Kecamatan Mekartijaya, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.


Pekerjaan dalam senyap itu tuntas tak hingga satu jam. Waktu mengatakan pukul 19.30 dikala air pasang tiba dan mulai menggenangi jaring yang disangga oleh belasan tonggak kayu setinggi 2,5 meter. Tugas Romli selanjutnya menunggu dari atas perahu. Ketika subuh dan air sungai menyurut, Romli memanen aneka ikan yang terjebak dalam jaring menyerupai ikan juaro Pangasius polyuranodon, tilan Masteccembulus unicolor, dan lundu Mystus gulio. Itulah cara menjala ikan dengan sistem belad.


Sungai Musi sepanjang 700 km itu memang menyimpan kekayaan ikan air tawar yang besar. Data Balai Riset Perikanan Perairan Umum (BRPPU) di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan menunjukkan terdapat 215 jenis ikan di Sungai Musi. “Jumlah itu meningkat alasannya ialah sebelumnya tercatat 120 jenis,” kata Dr Ali Suman, mantan kepala BRRPPU. Keragaman jenis itu lebih besar dari Sungai Barito, Kalimantan Selatan (101 jenis) dan hampir menyamai Sungai Kapuas, Kalimantan Barat (di atas 200 jenis).


 Romli serta rekannya bergegas turun dari bahtera kayu Menjala Ikan di Tepian Sungai MusiDengan potensi aneka jenis ikan itu, masyarakat sepanjang Sungai Musi tak sanggup lepas mengonsumsi ikan. Kecuali patin yang terkenal dimasak menjadi sup patin, hampir semua yang dikonsumsi ialah ikan tangkapan.


Sistem belad hanya salah satu cara menangkap ikan. Cara lainnyaadalah empang, tajur, dan rawai. Khusus rawai menggunakan tali pancing cabang 2 dan hanya beberapa jenis ikan menyerupai baung Mystus numerus, toman Channa microleptes, dan gabus Chana striata yang terkail.


Jumlah tangkapan terbesar memang menggunakan sistem empang dan jaring. Namun cara itu hanya efektif dikala tiba ekspresi dominan puncak penangkapan sekitar Juli-Agustus. Pada bulan-bulan itu tinggi air pasang mencapai titik terendah sehingga banyak ikan bermigrasi lateral dari rawa banjiran ke sungai. Nah, perairan tengah Sungai Musi itu berasosiasi dengan rawa banjiran. Sedangkan hilir dipengaruhi oleh pasang surut dan air payau.


 Romli serta rekannya bergegas turun dari bahtera kayu Menjala Ikan di Tepian Sungai MusiYang menarik dari sitem belad ialah tak sembarangan nelayan sanggup memasang belad. Pemasangan itu ditentukan lewat lelang alasannya ialah melewati banyak wilayah desa. Lelang diadakan setiap tahun pada November atau Desember. Untuk sebuah wilayah sejauh 10 km, misalnya, pemenang lelang membayar Rp4-juta. Yang menang biasanya pengepul. Tugas nelayan menyerupai Romli hanya memanen dan menjual ikan-ikan besar pada mereka dengan harga di bawah pasaran.


Bagi nelayan di Sungai Musi keberadaan pohon-pohon di tepi sungai sangat penting. Harap mafhum banyak ikan suka bersembunyi di antara akar napas pohon jajawi Ficus sp, putat Barringtonia spicata, dan renghas Glutha renghas.


Hal itu sejalan riset Dr Ir H. Mas Tri Joko Sunarno MS dari BRPPU yang menyebutkan vegetasi tepi sungai—riparian vegetasi—merupakan rumah tinggal nyaman bagi aneka jenis ikan. Mereka mengakibatkan vegetasi menyerupai pohon jajawi dan putat untuk daerah mencari pakan, memijah, meletakkan telur, bahkan membesarkan keturunannya.


Fungsi lain yang tak kalah penting dari vegetasi tepi sungai ialah lokasi beristirahat sekaligus daerah bersembunyi ikan dari predator. Sebab itu pula menjaga vegetasi tepi Sungai Musi penting semoga keragaman jenis ikan di sana selalu sanggup terjaga (Dian Adijaya Susanto).


Sistem Tangkap dan Jenis Ikan Tangkapan 


1. Tajur:  Baung Mystus nemerus, Gabus Chana striata, dan Toman Chana microleptes.


2. Rawai: Gabus Chana striata, Lais Kryptopterus sp, Tapa Wallago laeri, dan Toman Chana microleptes.


3. Jaring: Baung Mystus nemerus, Beringit Mystus nigriceps, Gabus Chana striata, Jelawat Leptobarbus hoeveni, Lele Clarias meloderma, Lais Kryptopterus sp, Tapa Wallago laeri, Tilan Masteccembulus unicolor, Toman Chana microleptes, Selincah Polycanthus hasselti, Sebarau Hampala macrolepidota, dan Sepengkah Ambassis gymnopcephalus.


4. Empang: Baung Mystus nemerus, Betok Anabas testudineus, Betutu Oxyleotris marmorata, Buntal Tetraodon palembanggensis, Gabus Chana striata, Jelawat Leptobarbus hoeveni, Juaro Pangasius polyuranodon, Lais Kryptopterus sp, Lele Clarias meloderma, Lidah Cynoglossus panoides, Lundu Mystus gulio, Riu-riu Pangasius macronema, Selincah Polycanthus hasselti, Sebarau Hampala macrolepidota, Sepat Trycogaster sp, Tapa Wallago laeri, Tebengalan Puntius bulu, Tembakang Helostoma sp, Tilan Masteccembulus unicolor, Toman Chana microleptes, dan Udang Galah Macrobrachium rosenbergii. (Sumber: Balai Riset Perikanan Perairan Umum)


 Romli serta rekannya bergegas turun dari bahtera kayu Menjala Ikan di Tepian Sungai MusiRiwayat penulis: Penulis pernah menjabat Redaktur di Majalah Pertanian Populer, Trubus. Beberapa rubrikasi: sayuran, obat tradisional, satwa dan ikan, serta eksplorasi pernah diasuhnya. Penulis yang merupakan alumnus Program Pascasarjana Universitas Indonesia dalam Biologi Konservasi itu juga pernah menangani Unit Pengembangan Bisnis dan Promosi jaringan Pemasaran Pertanian dan menjadi konsultan. Korespodensi: dianadijaya17@gmail.com


Belum ada Komentar untuk "Menjala Ikan di Tepian Sungai Musi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel