Dua Jeruk Baru Dari Balitjestro
Ida Farida di Jakarta Timur bersukacita begitu mengetahui jikalau 2 varietas jeruk gres dari Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) di Batu, Kabupaten Malang, Jawa Timur, cocok untuk tabulampot. Harap mafhum, ibu 2 putri itu kolektor tabulampot jeruk. “Saya punya 10 jenis jeruk tabulampot,” ujarnya. Koleksi jeruk tabulampotnya antara lain jeruk bali, jeruk dekopon, dan jeruk garut.
Dua jeruk gres itu ialah sitaya agrihorti dan krisma agrihorti. Keduanya mempunyai kesamaan: bercitarasa anggun segar, rajin berbuah, serta bersosok aduhai. Sitaya agrihorti sanggup tumbuh optimal mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl. Keunggulan lainnya, yakni masa simpan buah mencapai 2 bulan pascapanen.
Krisma agrihorti? Ia mempunyai keistimewaan, yaitu gampang dikupas, berasa anggun segar dengan sedikit asam. Balitjestro mendapat jeruk keprok tersebut dari kebun Dr Luthfi Banshir di Kabupaten Bulungan, Propinsi Kalimantan Utara. Selanjutnya para pemulia Balitjestro menyambungkan mata tunas tanaman itu dengan jeruk jepang (japan citrus) sebagai batang bawah.
Krisma agrihorti yang buahnya seolah-olah pir itu saat masak memiliki kulit buah kuning cerah serta daging buah anggun renyah dan berbiji sedikit kurang dari 4 biji per buah. Pada kondisi optimal, krisma agrihorti berguru berbuah pada umur 1,5-2 tahun.
Setiap pohon bisa memproduksi 36-45 buah berbobot rata-rata 238 gram/buah. Untuk satu hektar idealnya populasi sekitar 450 pohon dengan produksi 3,8-5,6 ton/ha. Dr Chaireni Martasari SP MSi, periset jeruk Balitjestro menuturkan andaikan pekebun bisa mengelola intensif, seiring meningkatnya umur, produksi tanaman bakal terus melambung.
Belum ada Komentar untuk "Dua Jeruk Baru Dari Balitjestro"
Posting Komentar