Kura-kura Belawa: Hidup Atau Mati
Lima puluh sembilan tahun kemudian Sir Edmund Hillary hanya bertahan kurang dari 2 jam saat mencatatkan diri sebagai insan pertama di planet bumi yang menjejakkan kaki di puncak Gunung Everest di Nepal.
Pendaki kawakan yang tutup usia di umur 88 tahun pada 2008 itu memutuskan segera turun dari puncak Everest. Harap mafhum puncak Everest di ketinggian 29.028 kaki yang berselimutkan salju kekal itu hanya menyisakan sedikit oksigen. Tanpa alat bantu tabung oksigen, Hillary paling pol bertahan 5-10 menit di puncak, selebihnya ia akan mengalami hipoksia alias kekurangan oksigen yang berujung pada kematian.
Betina kura-kura belawa di Taman Wisata Cikuya di Desa Belawa, Kecamatan Lemah Abang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat menyerupai Sir Edmund Hillary. Ia juga pendaki andal. Tanpa alat bantu, perlahan tapi niscaya ia merangkak ke punggung bukit di belakang taman wisata. Punggung bukit bertekstur tanah tanah merah gembur itu mempunyai sudut kemiringan 25-30 derajat Celcius. Cukup terjal untuk kura-kura belawa. Namun, demi masa depan garis keturunan, sang betina terus mendaki hingga berhenti di satu titik untuk meletakkan telur.
Titik itu biasanya di akrab pohon rindang yang tumbuh di punggung bukit. Di Taman Wisata Cikuya punggung bukit masih rindang oleh aneka pohon mirip beringin Ficus benjamina, renghas Glutha renghas, kilalayu Erioglossum rubiginosum serta pohon buah mirip rambutan dan sukun.
Di akrab pohon-pohon itu sesudah melaksanakan observasi alias pengamatan lapangan singkat dengan mengitari separuh bulat luar batang pohon, kura-kura betina akan secepatnya menggali dan meletakkan telurnya. Waktunya pendek kurang dari 2 jam untuk segera kembali ke air.
Bila lebih dari waktu itu sang betina akan mengalami kehilangan cairan tubuh alias kekurangan cairan badan yang berujung kematian. Kejadian itu kurang lebih sama mirip hipoksia yang ditakutkan Edmund Hillary jikalau berlama-lama di puncak Gunung Everest.
Sejatinya kura-kura belawa merupakan tipe kura-kura air sejati sehingga jikalau berada di darat terkena panas hingga 2 jam sanggup menggelepar-gelepar. Itu terjadi karena kura-kura air sejati mempunyai karapas alias plastron lunak sehingga sering disebut turtle softshell yang berselaput lendir untuk menjaga kelembapan.
Bila lendir itu mengering terpapar angin dan panas, otomatis suhu badan kura-kura akan meningkat. Peningkatan temperatur itu sanggup berakibat fatal karena karapas yang panas sanggup menjadi kolam oven. Batok kura-kura air sulit membuang panas sehingga sanggup menganggu fungsi organ. Makara pantas jikalau betina kura-kura belawan sanggup mengelepar tak keruan jikalau tidak segera turun ke air.
Belum ada Komentar untuk "Kura-kura Belawa: Hidup Atau Mati"
Posting Komentar