Selamatkan Kayu Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tinggi di dunia selain Brasil Selamatkan Kayu IndonesiaIndonesia merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tinggi di dunia selain Brasil, Kolombia, dan Zaire. Dengan luas daratan meliputi 1,3% dari total luas daratan dunia, Indonesia menyimpan 30.000-35.000 jenis tumbuhan.


Jatna Supriatna PhD dalam buku Melestarikan Alam Indonesia menyebutkan Provinsi Papua di ujung timur Indonesia mempunyai keragaman tumbuhan tertinggi, mencapai 19.000-20.000 jenis. Jawa dan Sumatera menjadi rumah bagi 10.000 dan 14.000 jenis tumbuhan.


Dari 30.000-35.000 tumbuhan tersebut, sekitar 4.000 (13,3%) di antaranya merupakan pohon kayu. Dari ribuan jenis pohon kayu itu 400 jenis pohon di antaranya telah dimanfaatkan. Salah satu pola adalah Agathis Agathis spp atau kayu damar.


Kayu damar yang dikategorikan sebagai kayu kelas awet III dan kelas berpengaruh IV itu merupakan materi baku kotak peti, korek api, pensil, kayu lapis, dan mebel. Jenis lain yaitu bangkirai Shorea laevifolia. Tumbuhan yang dipanggil kerangan di Sumatera itu terkenal digunakan sebagai bahan baku konstruksi menyerupai jembatan, bantalan, tiang layar, dan lunas perahu.


Data Badan Inventarisasi dan Tata Guna Hutan Departemen Kehutanan-kini Kementerian Kehutanan RI-dalam Tinjauan Hasil-hasil Penelitian Faktor-faktor Alam yang Mempengaruhi Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Indonesia, mengungkapkan Indonesia mempunyai 3.124 jenis kayu yang terbagi ke dalam beberapa kelompok, yakni kayu komersial, nonkomersial, kayu budidaya, dan tidak dikenal.


Jenis kayu nonkomersial dan tidak dikenal umumnya mempunyai bobot jenis (BJ) rendah, tidak kuat, dan tidak awet, sehingga pemanfaatannya terbatas. Contoh kayu tersebut yaitu kayu balsa Ochroma spp, randu Ceiba pentandra, kemiri Aleurites moluccana, dan merkubung Macaranga sp. Balsa, misalnya, mempunyai nilai BJ 0,15-0.28 (skala 0-1). Bandingkan dengan kayu jati dengan nilai BJ antara 0,62-0,75.


Sampai ketika ini anggota kelompok Dipterocarpaceae menyerupai keruing Dipterocarpus spp yang terdapat di hutan-hutan di Sumatera dan Kalimantan paling banyak diserap industri. Salah satu faktor yang menciptakan kayu-kayu itu istimewa yaitu nilai BJ rata-rata berada pada kisaran 0,7-0,8 sehingga dimasukkan dalam kategori kayu berpengaruh I-II dan kekal III. Itu artinya kayu-kayu itu cocok sebagai materi konstruksi. Sebab itu pula  di Kalimantan, misalnya, separuh dari 350 jenis anggota Dipterocarpaceae yang dieksploitasi secara membabibuta.


Mayoritas kayu-kayu itu diperoleh dari hutan-hutan di dataran rendah maupun dataran tinggi. Sebetulnya apabila perjuangan penebangan kayu itu diiringi dengan penanaman bibit kembali, penebangan yang terjadi tidak menjadi masalah. Namun, yang terjadi yaitu pascatebang hutan malah menjadi gundul.


Dampaknya menyerupai terjadi di Kalimantan Tengah pada 1977. Saat itu permukaan air Sungai Barito naik sampai 8 m. Kenaikkan itu memicu hancurnya 6.600 ha lahan pertanian dan menjadikan bencana bagi 20.000 penduduk. Hal tersebut merupakan imbas dari penebangan sebanyak 1,12-juta ha oleh 13 perusahaan HPH (hak penguasaan hutan) yang tidak dibarengi upaya penanaman kembali.


Indonesia merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tinggi di dunia selain Brasil Selamatkan Kayu IndonesiaData Strategis Kehutanan 2009 menyebutkan luasan hutan Indonesia mencapai 133,8-juta ha. Keberadaan hutan bergotong-royong mempunyai nilai penting. Berdasarkan banyak sekali riset diketahui, 1 ha hutan sanggup menyerap 10 ton gas karbon per tahun. Faktanya laju deforestasi memang sulit dihindari. Yang paling memungkinkan yaitu membatasinya.


Hingga 2020 laju deforestasi akan dipertahankan 1,125-juta hektar per tahun. Sementara laju hutan yang terdegradasi tanggapan pembalakan luasnya dipertahankan 626.000 hektar per tahun. Isu perdagangan karbon tengah mencuat 4-5 tahun terakhir ini. Hal ini tak lepas dari dampak pelepasan karbon yang memicu perubahan iklim dunia.


Jumlah karbon Indonesia sungguh luar biasa. Polusi karbon di tanahair sudah disejajarkan dengan negara-negara maju menyerupai Amerika Serikat dan Tiongkok. Mengapa sanggup begitu? Sumber utama polusi karbon di tanahair yaitu lahan gambut. Kalimantan Tengah dengan luas lahan gambut sekitar 3-juta hektar menyimpan karbon setara 22 gigaton CO2.


Bila lahan gambut itu dikonversi menjadi lahan pertanian potensi lepasnya CO2 ke udara sangat besar. Maka dari itu tak heran jikalau Bank Dunia menyebutkan kebakaran gambut pada 1997-1998 sebagai salah satu dari 10 peristiwa terbesar di dunia di masa ke-20.


Bayangkan saja setiap hektar lahan gambut menampung sampai 2.600 ton CO2 yang terbentuk dari dedaunan, ranting, atau buah yang berguguran selama ribuan tahun. Di lahan gambut karena terendam air, bahan-bahan organik itu tak sempat membusuk, kemudian tertimbun materi organik mati lain di atasnya. Padahal seluruh karbon di atmosfer diserap oleh pepohonan di hutan melalui proses fotosintesis.


Melalui prosedur Reducing Emmissions from Deforestation and Degradation (REDD), hutan-hutan di tanahair mutlak dipelihara untuk menjaga semoga karbon di atmosfer tak lepas kendali. Sampai sekarang prosedur model penghitungan karbon dan dukungan insentif masih terus dibahas antara negara maju dan negara berkembang—sebagai pemilik hutan.


Bagaimana seni administrasi supaya sumber kayu di hutan lestari? Tak pelak perlu membangun hutan tumbuhan industri. Hingga awal 1980-an, 3 negara Asia yakni Korea Selatan, Indonesia, dan Taiwan merupakan produsen kayu lapis terbesar dunia dengan menguasai 70% pangsa pasar kayu lapis dunia.


Hutan tumbuhan industri merupakan jawaban terhadap problem menciutnya materi baku kayu. HTI sudah dipikirkan semenjak 1960, meski gres terkenal pada 1980. Pada 2000 luas HTI mencapai 6,2-juta hektar. HTI memang disarankan alasannya gampang dilakukan karena menggunakan sistem monokultur. Jenis yang digunakan sebagai HTI yaitu akasia, eukaliptus, albisia, dan mahoni. Diperkirakan produksi dari HTI menyumbang 90-juta m3 kayu bundar per tahun. Jumlah luarbiasa untuk menyelamatkan hutan di Indonesia dari pembalakan membabibuta.


Belum ada Komentar untuk "Selamatkan Kayu Indonesia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel