Potret Bisnis Sidat

 Ia rajin melihat pertumbuhan sidat yang dipelihara selama  Potret Bisnis Sidat


Setiap Ahad semenjak Februari 2013 Sukoco Bahri (nama disamarkan) di Jawa Tengah mempunyai kesibukan baru. Ia rajin melihat pertumbuhan sidat yang dipelihara selama 2 bulan di petak kolam tanah 5 m x 5 m berkedalaman 65 cm. Ukuran kolam itu relatif sedang, karena idealnya kolam pembesaran sidat seluas tambak udang, yakni berukuran 20 m x 10 m.


Sukoco terjun menekuni budidaya sidat sesudah melihat harga sidat tinggi mencapai Rp100.000-Rp120.000/kg. Nun di Indramayu, Jawa Barat, beberapa peternak sidat juga getol membudidayakan sidat di kolam terpal.


Sejatinya, peternak sidat tidak terlalu banyak alasannya selama ini pasokan masih mengandalkan tangkapan alam. Namun efek eksploitasi berlebihan akan menurunkan populasi sidat di alam. Sejumlah peternak melihat kondisi itu sebagai peluang. Apalagi hampir 10 tahun terakhir tidak ada yang khusus melaksanakan budidaya sidat.


Sukoco menyebutkan pasar lokal banyak meminta sidat untuk olahan. Salah satu olahan favorit sidat itu ialah unagi kabayaki atau sidat panggang. Hal itu di luar kebutuhan pasar ekspor yang mencapai 100 ton/bulan untuk aneka macam negara tujuan ekspor menyerupai Jepang dan Korea. Kebutuhan itu ketika ini sulit dipenuhi.


Pasar lokal justru lebih menarik untuk dipasok. Banyak restoran jepang di tanahair banyak meminta fillet sidat. Padahal harga fillet sidat lebih tinggi mencapai Rp300.000/kg. Seorang mahir promosi restoran di Jakarta, menjelaskan ketika ini di sejumlah kota besar di Pulau Jawa menyerupai Jakarta, Surabaya, dan Bandung, restoran-restoran jepang menjadi tren.


Hal tersebut memperlihatkan budaya Jepang, khususnya kuliner asal negeri Samurai itu tak ajaib lagi. Sudah begitu kebutuhan materi baku sekarang sudah sanggup dipasok oleh peternak dan pekebun lokal. Sidat ialah salah satunya. Makara berapa besar kebutuhan lokal? Meskipun belum ada angka pasti, tapi serapannya mencapai 1-1,5 ton/hari.


Sukoco menuturkan, soal pasar ia samasekali tidak khawatir. Hal yang paling ditakutkan ialah langkanya sumber benih sidat untuk pembesaran. Harap mafhum, selama ini ketersediaan bibit masih mengandalkan tangkapan alam yang kualitasnya sulit dijaga.


Benih sidat yang digunakan umumnya berbobot 10-15 gram/ekor. Ukuran glass eel hingga ukuran 100 gram/ekor dicapai dalam waktu 4-5 bulan, sedangkan ukuran konsumsi sekitar 250-300 gram/ekor sanggup dicapai berselang 3-4 bulan berikutnya. Sukoco Bahri berharap sanggup memanen sidat perdana dari kolam 5 m x 5 m pada Agustus 2013.


Belum ada Komentar untuk "Potret Bisnis Sidat"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel