Saatnya Berkebun Petai
Pada pekan pertama Februari 2014, harga petai melonjak tinggi dari semula Rp60.000 menjadi Rp90.000 per 100 papan. Di tingkat konsumen harga eceran petai mencapai Rp3.000-Rp4.000 per papan. Kondisi ibarat itu acapkali terjadi saban tahun. Di dikala usul tinggi, ekspresi dominan panen petai belum tiba.
Sejatinya, sayuran bacin itu banyak yang memuja, tapi tak sedikit pula yang menjauhi. Namun Parkia speciosa itu tetap wajib ada ketika memasak sambal kentang dikala lebaran. Tanpanya, sambal bakal terasa hambar. Berapa kebutuhan petai lokal? Belum ada data akurat. Namun, pedagang sayuran di Pasar Lentengagung di Jakarta Selatan, contohnya bisa menyerap sampai 2-3 empong-satu empong berisi 100 papan-setiap hari.
Produksi petai dikala ini masih bergantung pada pohon petai warisan bebuyutan ibarat terlihat di Lampung, Pandeglang (Banten), Majalengka (Jawa Barat), sampai Kediri (Jawa Timur). Padahal, mengingat kebutuhan yang meningkat, upaya mengebunkan petai menjadi penting.
Faktanya lagi, sebagian besar pohon-pohon petai itu sudah berumur di atas 25 tahun dengan garis tengah batang di atas 30 cm. Belum lagi perawatan yang seadanya. Dengan kenyataan itu, bisa diprediksi setiap kali panen, produksi petai setiap pohon menurun. Pohon petai cukup umur yang sehat bisa memproduksi 100-120 kg petai.
Kebutuhan petai itu menciptakan Kementerian Pertanian Thailand, contohnya mendorong perkebunan petai. Sataw-sebutan petai di Thailand-kini dikebunkan selatan Thailand ibarat di Provinsi Chumphon, Rayong, dan Nakhon Ratchasima. Total luas lahan penanaman mencapai 37.945 ha dengan produksi 30.083 ton/tahun. Dari volume produksi itu 60% terserap pasar lokal dan sisanya diekspor dalam bentuk petai kupas.
Ekspor? Ya kebutuhan ekspor anggota keluarga polong-polongan itu cukup tinggi. Apalagi di sejumlah negara ibarat Arab Saudi, Singapura, dan Malaysia petai mempunyai penggemar fanatik, terutama tenaga kerja asal Indonesia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Contoh H Ahmad Said di Karangtanjung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Sejak 1986 Said rutin memasok 4,2 kuintal petai pada 2 eksportir sayuran di Jakarta.
Said menuturkan bahwa dia memerlukan 130 empong setiap pekan. Harga beli mencapai Rp80.000-Rp90.000 per empong. Syarat petai yang diinginkan: hijau segar tanpa bercak hitam di kulit, buah harus bulat, tidak berulat, dan isi papan penuh. Tingkat kematangan petai berkisar 70-75%. Itu biar petai sanggup usang disimpan. Setiap 1 kg petai papan terdiri atas 13-15 papan dan setiap empong sanggup menghasilkan 2,5-3 kg petai kupas. Petai kupas kualitas manis sanggup mencapai harga Rp60.000/kg.
Berkebun petai memang menjanjikan sebagai investasi jangka menengah sekitar 10-15 tahun mengingat banyak pohon-pohon petai renta dan usul pasar yang terus meningkat. Berani berkebun petai?
Belum ada Komentar untuk "Saatnya Berkebun Petai"
Posting Komentar