Bebeja PENAS XV KTNA 2017 (2): Pilih Teknologi Bioflok

Sejumlah kolam bulat menyita perhatian Kasmin Bebeja PENAS XV KTNA 2017 (2): Pilih Teknologi BioflokSejumlah kolam bulat menyita perhatian Kasmin, pengunjung PENAS XV KTNA 2017 di Aceh. Kolam bervolume sekitar 3 m3 dengan dinding ram besi berselimut terpal kuning itu yakni kolam aplikasi teknologi bioflok. Kolam-kolam tersebut berisi lele. “Saya akan mencoba di rumah dalam skala kecil,” ujar laki-laki 35 tahun itu pada kontributor bebeja.com, Ir Achmad Raharjo.


Aplikasi teknologi Bioflok pada budidaya lele sudah diterapkan sejumlah peternak di aneka macam wilayah menyerupai di Papua, Jawa, Kalimantan, hingga Sumatera. Teknologi tersebut memang digadang-gadang sebagai teknologi unggulan di sektor budidaya perikanan lantaran memiliki sederet kelebihan menyerupai ramah lingkungan, ekonomis, serta sanggup diusahakan di lahan terbatas.


Teknologi bioflok juga tidak butuh banyak air lantaran air tidak perlu diganti, melainkan cukup ditambahkan sesuai ketinggian awal. Penambahan terjadi lantaran air di kolam sebagian menguap. Kelebihan lainnya, aplikasi teknologi bioflok bisa meningkatkan efisiensi pakan dengan nilai FCR (Feed Convertion Ratio) 0,8-0,9 dari rata-rata FCR 1,3-1,5. Artinya, untuk memperoleh 1 kg daging cukup pakan sebesar 0,8-0,9 kg. Pun hasil panen. Untuk luas lahan 5 m2 dengan padat tebar tinggi, di atas 200 lele/m2 bisa dipanen hingga 400-500 kg lele selama 2,5-3 bulan budidaya.


Sejatinya, bioflok merupakan kumpulan basil dalam bentuk gumpalan. Bioflok bukan barang baru. Petambak udang vannamei dan windu yang pertamakali mengaplikasikan bioflok. Bioflok tersebut digunakan untuk mengubah amonia asal sisa pakan dan kotoran menjadi nitrat, 100 kali lipat lebih efisien daripada alga.


Kelangsungan hidup bioflok dipengaruhi ketersediaan oksigen terlarut. Maklum, tanpa aerasi basil hanya mengendap di pinggir kolam, lantas mati. Idealnya, oksigen terlarut di atas 3 ppm. Itu sebabnya pada sejumlah kolam yang dilihat Kasmin terdapat minimal 8 aerator yang ditaruh di atas kolam.


Ketinggian air kolam diatur sekitar 1 meter semoga cahaya matahari sanggup menembus hingga ke dasar. Bakteri pada bioflok membutuhkan sinar matahari sebagai sumber energi ketika mengambil karbon dari senyawa organik. Suhu air dipertahankan 27-31 derajat Celcius. Dengan begitu, aplikasi teknologi bioflok sanggup maksimal bekerja.


Sejumlah kolam bulat menyita perhatian Kasmin Bebeja PENAS XV KTNA 2017 (2): Pilih Teknologi Bioflok Sejumlah kolam bulat menyita perhatian Kasmin Bebeja PENAS XV KTNA 2017 (2): Pilih Teknologi Bioflok


Belum ada Komentar untuk "Bebeja PENAS XV KTNA 2017 (2): Pilih Teknologi Bioflok"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel