14 Jenis Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Kapri Beserta Pengendaliannya

Cara Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Kapri/Kacang Ercis/Kacang Polong


Dalam melaksanakan budidaya kapri pastiklah akan ada hambatan yang dialami mirip penyerangan hama dan penyakit terhadap tumbuhan kacang kapri. Nah, kali ini kita akan membahas ihwal hama dan penyakit yang menyerang tumbuhan kacang kapri beserta dengan pengendaliannya. Berikut yaitu penjelasanya secara lengkap:


Hama


1. Ulat Jengkal


a. Ciri-ciri Hama

Ulat Chrydeixis chalcites Eisper, disebut juga ulat jengkal atau giat lompat. Tubuh ulat berwarna hijau dengan garis berwarna cerah pada sisinya.


b. Gejala Serangan

Serangan ulat jengkal meninggalkan tanda yang berupa bekas gigitan. Fase ulat berlangsung sekitar 11-13 hari, dan kemudian menjadi pupa. Pupa yang berada di dalam tanah atau di bawah daun diliputi oleh benang halus berwarna putih. Setelah 7 hari, dari pupa keluar ngengat yang berwarna cokelat, di tepi daun muda, yang makin usang makin ke tengah, hingga alhasil hanya tersisa tulang daunnya. Hama sanggup pula menyerang pecahan yang lunak contohnya ujung tumbuhan atau buah muda.


c. Pengendalian

Ulat jengkal sanggup dikendalikan dengan cara sebagai berikut.



  • Pengendalian secara biologis dilakukan dengan melepas musuh alaminya yaitu Apanteles sp. dan Listomastix sp.

  • Pemberantasan secara kimiawi dilakukan memakai insektisida yang sesuai dengan takaran yang dianjurkan.


2. Ulat Tanah


a. Ciri-ciri Hama

Ulat tanah atau Agrotis Ipsilon (Hufn) yang mempunyai panjang badan sekitar 3,5 cm ini, mempunyai punggung yang berwarna cokelat renta hingga kehitaman, dengan pecahan perut yang berwarna lebih muda. Pada punggung terdapat garis cokelat dan tonjolan berwarna muda. Ulat kemudian bermetamorfosis pupa yang berwarna cokelat renta atau cokelat muda. Setelah 5-6 hari, dari pupa keluar ngengat dengan ukuran sekitar 15 mm. Sayap muka ngengat berwarna cokelat kelabu dan di pecahan tengahnya terdapat tonjolan berbentuk ginjal.


b. Gejala Serangan

Ulat tanah menyerang tumbuhan yang berumur sekitar 1-30 hari. Pada tumbuhan yang diserang, terdapat bekas keratan dan potongan-potongan mirip bekas ditarik-tarik.


c. Pengendalian

Ulat tanah yang menyerang sanggup dikendalikan dengan cara sebagai berikut.



  • Dilakukan pergiliran tumbuhan dengan tumbuhan yang tidak disukai hama, contohnya ubi kayu.

  • Pada waktu membuka lahan, tumbuhan usang dibakar dan lahan digenangi air.

  • Melepaskan musuh alaminya berupa telur dan ulat Apanteles ruficius Hal., Tritaxys braveri (De mey), Botrytis sp., Metarrhizium sp., dan Cuphocera varia F.

  • Pemberantasan mekanis dilakukan dengan pengambilan telur dan penangkapan ulatnya

  • Pemberantasan secara kimia dilakukan dengan penyemprotan insektisida yang sesuai dengan anjuran.


4. Lalat Kapri


a. Ciri-ciri Hama

Larva lalat kapri atau Phytomizza horticola Meig., aktif menyerang tumbuhan kapri. Siklus hidup lalat kapri berkangsung selama sekitar 20 hari.


b. Gejala Serangan

Larva lalat kapri meninggalkan bekas gigitan pada pecahan hijau daun, yang semakin usang semakin meluas. Hingga akhirnya, helaian daun habis dan hanya meninggalkan selaput tipis di permukaannya.


c. Pengendalian

Lalat kapri yang menyerang sanggup dikendalikan dengan cara sebagai berikut.



  • Pencegahan serangan dilakukan dengan pergiliran tumbuhan sehingga sanggup memutus siklus hidup hama tersebut.

  • Pengendalian secara kimia dilakukan dengan insektisida yang sesuai dengan anjuran.


5. Ulat Polong


a. Ciri-ciri Hama

Ulat penggerek polong (Etiella zinckenella T) yang berkepala hitam ini mula-mula mempunyai badan yang berwarna hijau pucat, kemudian menjadi kemerahan. Tubuh ulat polong berbentuk silindris dengan panjang sekitar 15 mm.


b. Gejala Serangan

Serangan ulat penggerek polong mengakibatkan permukaan polong tampak diselubungi benang-benang putih yang apabila disingkap, akan nampak larva hama di dalamnya. Pada kulit polong yang terjangkit nampak adanya titik hitam atau cokelat renta bekas daerah masuknya hama.


c. Pengendalian

Ulat penggerek polong yang menyerang sanggup dikendalikan dengan cara sebagai berikut.



  • Penanaman dilakukan serempak atau dengan selisih waktu kurang dari 30 hari.

  • Dilakukan pergiliran tumbuhan dengan tumbuhan selain kaeang-kacangan.

  • Digunakan obor untuk menarik perhatian ngengat, sehingga apabila ngengat mendekat akan mati terbakar.

  • Pemberantasan secara kimia memakai insektisida dengan takaran sesuai anjuran.


6. Ulat Grayak


a. Ciri-ciri Hama

Ulat grayak atau spodoptera exigua yang mempunyai badan dengan panjang 2,5 cm ini, mula-mula berwarna hijau, kemudian bermetamorfosis cokelat renta dengan garis putih.


b. Gejala Serangan

Serangan ulat grayak mengakibatkan daun tumbuhan menjadi layu dan bebercak putih panjang. Ujung daun biasanya tampak terpotong-potong. Daun menjadi tembus pandang lantaran yang tersisa hanyalah kulit ari pada permukaan daun saja.


c. Pengendalian

Ulat grayak yang menyerang sanggup dikendalikan dengan cara sebagai berikut.



  • Pengaturan rotasi tumbuhan dengan tumbuhan yang tidak diserang oleh hama ini.

  • Pemberantasan secara kimia dilakukan dengan penyemprotan insektisida dengan takaran sesuai anjuran.


7. Tungau Merah


a. Ciri-ciri Hama

Tungau merah (Tetranychus cinnabarius Boisd.; T. bimaculatus Harv.; dan T. cucurbitacearum) mempunyai badan yang berwarna merah kecokelatan dan terdapat beberapa bercak hitam. Tungau jantan berwarna hijau kekuningan. Tungau merah ini banyak menyerang tumbuhan kacang-kacangan pada demam isu kemarau.


b. Gejala Serangan

Pada awalnya, serangan tungau merah mengakibatkan timbulnya bercak kuning pada daun tua. Kemudian bercak makin meluas dan seluruh daun menjadi kering. Akhirnya, warna daun menjadi merah karat. Pada permukaan bawah daun terdapat anyaman benang halus yang menjadi daerah tinggal hama. Daun menjadi kering dan gugur. Serangan tungau merah juga sanggup terjadi pada daun muda.


c. Pengendalian

Tungau merah yang menyerang sanggup dikendalikan dengan cara sebagai berikut.



  • Daun yang terjangkit dibuang, dan hama yang ada ditangkap.

  • Pemberantasan secara biologis dilakukan dengan predator tungau yaitu Phytoseulus persimilis, Scolothrip sexmaculatus, Stethorus gievifrons, dan P. macropilis.

  • Pemberantasan secara kimia dilakukan dengan penyemprotan insektisida dengan takaran sesuai anjuran


8. Nematoda Bintil Akar


a. Ciri-ciri Hama

Nematoda bintil akar menyerang tumbuhan dalam fase larva. Larva Meloidogyne sp. berbentuk cacing dengan panjang badan 0,3 mm – 0,5 mm. Di dalam akar, larva mengisap cairan dan mengeluarkan cairan pencernaan yang mengakibatkan sel-sel pada pecahan akar membengkak.


b. Gejala Serangan

Serangan larva nematoda bintil akar mengakibatkan adanya benjolan pada akar tanaman, sehingga pertumbuhannya menjadi tidak normal dan kerdil. Pada serangan yang berat, benjolan menjadi banyak, membesar, dan alhasil membusuk.


c. Pengendalian

Nematoda bintil akar yang menyerang sanggup dikendalikan dengan cara sebagai berikut.



  • Pencegahan hama dilakukan dengan pergiliran tanaman.

  • Pemberantasan secara kimia dilakukan dengan penaburan Furadan di sekitar tumbuhan sesuai dengan takaran yang dianjurkan.


Penyakit


1. Bercak Daun


a. Penyebab Penyakit

Penyakit bercak daun disebabkan oleh cendawan Ascochyta pisi Lib. Badan buah cendawan berupa piknidium yang berbentuk bulat, berwarna cokelat dengan diameter 100 pm – 200 mikro meter.


b.Gejala Serangan

Serangan penyakit bercak daun ditandai dengan adanya bercak ungu yang kecil dan tidak teratur pada permukaan daun. Bercak makin meluas dengan bentuk hampir bulat, serta terdapat lingkaran-lingkaran konsentris. Serangan yang berat mengakibatkan daun menjadi keriput dan mengering. Gejala ini sanggup pula terjadi pada batang dan polong kapri. Pada batang, terdapat bercak berbentuk memanjang dan berwarna kehitaman. Pada polong, bercak berbentuk lingkaran kecil-kecil dan mengendap. Di atas bercak tersebut terdapat titik-titik hitam.


c. Pengendalian

Penyakit bercak daun sanggup dikendalikan dengan cara sebagai berikut.



  • Pemilihan benih yang benar-benar baik dan sehat.

  • Pembakaran sisa-sisa tumbuhan yang sakit.

  • Apabila teijadi serangan yang cukup berat, sebaiknya dilakukan penanaman lahan dengan tumbuhan lain selama 3 tahun.


2. Busuk Polong


a. Penyebab Penyakit

Penyakit amis polong disebabkan oleh cendawan Botrytis cinerea. Cendawan ini mempunyai konidium hialin dan berdinding tipis.


b. Gejala Serangan

Serangan penyakit amis polong mengakibatkan pada pecahan dalam polong kapri terdapat bulu-bulu halus berwarna kelabu yang merupakan konidium cendawan. Biji menjadi tidak normal dan membusuk. Gejala tersebut sanggup pula terjadi pada permukaan batang.


c. Pengendalian

PengendalianPenyakit amis polong sanggup dikendalikan dengan cara berikut.



  • Pengawasan supaya kondisi kebun jangan becek atau terlalu lembap.

  • Pemetikan dan pembakaran polong yang tampak terserang.

  • Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penyemprotan fungisida yang sesuai dengan anjuran.


3. Embun Tepung


a. Penyebab Penyakit

Penyakit embun tepung disebabkan oleh cendawan Erysiphe polygoni. Cendawan ini membentuk miselium berwarna putih dengan konidium tunggal yang berbentuk tabung dan lingkaran telur.


b. Gejala Serangan

Serangan penyakit embun tepung pada awalnya menimbulkan bercak- bercak putih pada pecahan bawah daun. Bercak-bercak tersebut makin usang makin meluas, sehingga kemudian daun layu dan rontok. Pada serangan yang berat, bercak sanggup mencapai batang dan polong. Serangan biasanya terjadi pada cuaca yang kering.


c. Pengendalian

Penyakit embun tepung sanggup dikendalikan dengan cara berikut.



  • Penggunaan benih yang tahan terhadap penyakit ini.

  • Pencabutan dan pembakaran tumbuhan yang terserang.

  • Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penyemprotan fungisida yang dilengkapi dengan materi aktif karbendazim.


4. Layu Sclerotium


a. Penyebab Penyakit

Penyakit layu sclerotium disebabkan oleh cendawan Sclerotium rolfsii Sacc, yang disebut juga Corticium rolfsii (Sacc) Curzi. Miseliumnya berupa benang-benang putih yang kemudian membentuk sclerotium berwarna putih, dan yang alhasil menjadi cokelat. Sclerotium ini gampang sekali lepas dan terangkut oleh air sehingga menyebar ke tumbuhan lain.


b. Gejala Serangan

Penyakit layu sclerotium mengakibatkan pada pangkal batang terdapat benang-benang putih ibarat bulu. Benang-benang tersebut berubah bentuk menjadi butir-butir lingkaran atau jorong yang berwarna cokelat. Serangan yang berat mengakibatkan tumbuhan layu, menguning, dan alhasil pangkal batang membusuk. Serangan pada buah sanggup mengakibatkan amis buah.


c. Pengendalian

Penyakit layu sclerotium sanggup dikendalikan dengan cara berikut.



  • Pencabutan dan pembakaran tumbuhan yang terserang.

  • Pencegahan dilakukan dengan pengaturan jarak tanam dan penjagaan drainase supaya tetap baik.


5. Layu Fusarium


a. Penyebab Penyakit

Penyakit layu fusarium disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum f.sp. phaseoli. Miseliumnya berupa benang berwarna putih. Cendawan ini hidup di dalam tanah dan menginfeksi akar.


b. Gejala Serangan

Serangan penyakit layu fusarium mengakibatkan tulang daun menguning, kemudian menjalar ke tangkai daun, dan alhasil daun layu. Tanaman yang bisa bertahan, akan menghasilkan sedikit buah dan berukuran kecil. Penampang batang apabila diiris akan menampakkan adanya cincin cokelat pada berkas pembuluhnya.


c. Pengendalian

Penyakit layu fusarium sanggup dikendalikan dengan cara berikut.



  • Pemilihan dan penggunaan benih yang tahan terhadap serangan penyakit ini.

  • Pemusnahan tumbuhan yang terserang.

  • Penyiraman dengan fungisida ke tanah bekas tumbuhan yang terserang.


6. Penyakit Embun Tepung


a. Penyebab Penyakit

Penyakit embun tepung disebabkan oleh cendawan Erysiphepolygoni. Penyakit tersebar melalui spora dan menyerang ketika udara panas.


b. Gejala Serangan

Serangan penyakit embun tepung akan mengakibatkan daun, batang, bunga, dan buah berwarna putih keabuan mirip beludru. Pada polong terdapat tepung berwarna cokelat suram.


c. Pengendalian

Penyakit embun tepung sanggup dikendalikan dengan cara berikut.



  • Pemotongan dan pembakaran pecahan tumbuhan yang terserang.

  • Penyemprotan fungisida yang sesuai dengan anjuran.

  • Penghembusan dengan tepung belerang.


Demikian artikel pembahasan tentang”14 Jenis Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Kapri Beserta Pengendaliannya”, semoga bermanfaat dan jangan lupa ikuti postingan kami berikutnya. Sampai jumpa.




Belum ada Komentar untuk "14 Jenis Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Kapri Beserta Pengendaliannya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel