Terimakasih Pada Bandeng!
Belum juga dipanen, sejumlah udang galah yang dibesarkan Sucipto di Sleman, Yogyakarta, terlihat lemah. Cangkang udang ditutupi lumut kehijauan. Tubuh udang itu tampak kehitaman dan kurus. Sucipto menduga lumut Sphagnum sp sebagai penyebabnya.
Sucipto memperoleh gosip jika lumut pada cangkang sanggup menghambat proses moulting alias ganti kulit. Itu alasannya lumut kolam mengikat sehingga cangkang bakal sulit lepas ketika udang berganti kulit. Kalau udang memaksa ganti kulit, beliau perlu tenaga ekstra yang butuh energi besar.
Rekan di Jepara, Jawa Tengah menyarankan Sucipto menggunakan bandeng Chanos chanos untuk mengatasi duduk masalah lumut tersebut. Sucipto yang mencoba, melihat populasi udang galah yang cangkangnya berlumut jauh menurun. Sejatinya, bandeng cocok dimanfaatkan untuk mengatasi lumut yang tumbuh cepat pada kondisi pH di bawah 6 serta intensitas sinar matahari tinggi. Peran bandeng yang menyantap lumut ialah sebagai biokatalisator atau penyeimbang di ekosistem.
Riset Murtiati dan tim, juga dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, pada Maret- Desember 2006 memperlihatkan, polikultur udang galah dan bandeng di kolam 200 m2 menaikkan sintasan alias kelulusan hidup udang sebesar 68,23-80,16%; bandeng 31,25-48,75%. Kehadiran bandeng juga terbukti memperbaiki parameter kualitas air menyerupai pH, alkalinitas, dan amonia.
Kehadiran bandeng pun mendongkrak kadar oksigen terlarut (DO) hingga 8,24 mg/liter. Kondisi itu tidak dijumpai pada budidaya monokultur yang DO-nya berkisar 4,84 mg/liter. Demikian pula pH yang terjaga stabil pada angka 6-8; monokultur pH 5-9. Yang menarik, suhu air pada polikultur tersebut lebih rendah 1-2 derajat Celcius dibandingkan monokultur. Dengan kondisi itu udang galah lebih nyaman hidup.
Keunggulan bandeng lain ialah menjaga kelimpahan plankton alasannya beliau bersifat herbivora, memakan tumbuhan. Kehadiran plankton kolam pisau bermata dua. Plankton sanggup menjadi sumber pakan, tapi memanfaatkan DO untuk proses respirasi. Saat proses respirasi, otomatis kadar DO di kola berkurang, sehingga acapkali menciptakan udang berusaha naik ke atas permukaan mencari oksigen tambahan.
Idealnya, untuk padat tebar 10 ekor/m2 udang galah, diharapkan 1-2 ekor/m2 bandeng. Peran bandeng sebagai biokatalisator dengan budidaya polikutur itu sanggup diganti menggunakan ikan konsumsi jenis lain menyerupai ikan mas dan nila. Sayang, ikan-ikan konsumsi itu ketika tumbuh besar menjadi kompetitor pakan bagi udang galah. Berbeda dengan bandeng. Jadi? Berterimakasihlah pada bandeng!
Belum ada Komentar untuk "Terimakasih Pada Bandeng!"
Posting Komentar