Jejak Soekarno Di Glodok
Pinggiran kertas kusam itu mulai lusuh. Tanpa judul. Yang terlihat hanya formasi karakter tiongkok dengan goresan pena tinta hitam memudar. Kertas itu berisi salinan bahan-bahan herbal tiongkok.
Konon itu sederet obat yang diresepkan untuk presiden pertama Indonesia, Soekarno, yang ketika menderita penyakit kencing batu. Saat menghabiskan sisa hidupnya, Soekarno memang divonis mengidap kerikil ginjal oleh Prof Dr Wu Jie Ping, andal Urologi Tiongkok dan dokter Presiden Mao Ze Dong, yang menanganinya. Saran operasi ditolak Soekarno.
Sebagai gantinya, atas inisiatif Duta Besar Tiongkok, tim dokter tradisional Tiongkok didatangkan. Dengan pengobatan timur melalui terapi akupuntur dan ramuan herbal tiongkok, mereka berusaha mengobati penyakit menahun itu. Sembuhkah? Pelacakan Kartono Muhamad, mantan ketua umum Ikatan Dokter Indonesia yang tertuang dalam goresan pena “Bung Karno Ditelantarkan” di salah satu harian besar nasional tidak sanggup mengungkap hasil pengobatan itu.
Entah bagaimana salinan resep herbal itu kemudian beredar luas. Namun, peracik-peracik herbal tiongkok di Glodok, Jakarta Barat, gampang mengenalinya. Itulah resep Bung Karno. Resep itu berisi daftar 19 materi obat kencing kerikil menyerupai ginseng, kumis kucing, biji daun sendok, daun jeruk hijau, dan sejenis akar anggrek.
Resep Bung Karno itu hanya satu dari ribuan herbal tiongkok yang tersedia di Glodok. Sejak usang daerah yang dihuni 82% warga keturunan Tionghoa itu kondang sebagai toko obat cina terlengkap dan tertua di tanahair. Ada toko yang sudah bangun semenjak tahun 1930-an. Semua obat-obat itu didatangkan eksklusif dari Tiongkok. Meski sekarang materi lokal pun ada. Pemakainya bukan monopoli warga keturunan Tionghoa, tapi juga warga pribumi.
Namun ingat! Jangan pernah sekali-kali menyodorkan resep dokter alasannya yaitu 100% ditolak. Karena yang dijual di sini hanya herbal tiongkok. Sebab itu semoga pembeli tak kecele, goresan pena Tidak Menerima Resep Dokter diselipkan di bawah nama toko. Namun resep sinshe-pengobat tiongkok-hampir sebagian besar bahannya terdapat di sini.
Gaya beli juga menjadi pemandangan menarik. Yang fasih berbahasa Mandarin bisa berkomunikasi dengan peracik yang notabene juga lancar. Gaya lain? Cukup menaruh salinan resep. Bila ada herbalnya, eksklusif dikerjakan. Sebaliknya, salinan itu akan dikembalikan. Seringkali pelanggan bilang menyerupai obat biasa Koh! Padahal, belum tentu sang peracik atau penjaga toko itu benar-benar bisa mengingat wajah sang pelanggan.
Ada hukum tak tertulis di wilayah yang dahulu pada zaman VOC ditetapkan sebagai pemukiman Tionghoa itu. Belum sahih disebut penjual obat tiongkok seandainya tak menjual 3 obat tradisional cina: pien tze huang, yunnan baiyao, dan angong niuhuang wan.
Yunnan baiyao yang ditemukan di Desa Jiangchuan di Provinsi Yunnan pada 1902 itu dikenal manjur menyetop pendarahan dan memperbaiki sirkulasi darah di tubuh. Berbeda dengan obat angong niuhuang wan yang lebih mujarab alasannya yaitu dahulu hanya digunakan para kaisar sehingga sering dipanggil obat kaisar. Obat itu mujarab memulihkan kesadaran penderita stroke dan radang otak. Satu kapsul angong niuhuang wan mencapai Rp250.000. Efeknya bisa terlihat sesudah minum 8-10 kapsul.
Maskot obat tiongkok di Glodok itu yaitu pien tze huang. Obat yang terkenal semenjak kala ke-16 itu bersama-sama obat radang. Namun, kenyataan ia sanggup memberi dampak penyembuhan lain. Salah satunya mempercepat penyembuhan luka pascaoperasi. Obat ini menjadi barang wajib bagi ibu-ibu yang melahirkan terutama melalui bedah cesar. Cukup mengonsumsi 2-3 kapsul, luka melahirkan akan cepat kering.
Denyut herbal tiongkok sangat terasa di Glodok. Toko-toko obat yang buka semenjak pukul 09.00-17.00 itu mengatakan semua produk herbal tiongkok. Asap aroma hio yang kadang tercium menambah kental suasana itu. Glodok sebagai kiblat herbal tiongkok di tanahair bisa bertahan puluhan tahun dan sampai sekarang tetap setia melayani pembeli yang secara bebuyutan mencari kesembuhan di sana.
Belum ada Komentar untuk "Jejak Soekarno Di Glodok"
Posting Komentar