Sambal Malara Humba Khas Pulau Sumba
Bagi penggemar pedasnya sambal, sambal malara humba (malara=cabai; humba=asli, red) dari Pulau Sumba layak dicoba. Itu yang membikin Irawati dari Bekasi, Jawa Barat ketagihan dikala merasakan sambal tersebut pada 17Th Indonesia Agrofood Expo di Jakarta Convention Center (JCC) pada Mei 2017. “Sambalnya pedas sekali dan gurih,” katanya.
Sambal yang tampak hitam pekat itu menggunakan materi cabe rawit lokal yang tumbuh Pulau Sumba. Menurut Nona Bangu dari kelompok Kawini Pingu di Kecamatan Haharu, Sumba Timur yang mengolah sambal itu, sambal malara diproduksi perdana pada 2015. “Ini upaya memanfaatkan cabe lokal alasannya yakni harga cabe yang selalu tinggi,” ujarnya. Kelompok Kawini Pingu sejatinya merupakan kelompok pengolahan kacang telur.
Cabai rawit lokal yang digunakan berukuran mini, sepanjang satu ruas jari orang dewasa. Cabai itu dihaluskan, lantas ditambah bermacam-macam bumbu dapur lain menyerupai bawang merah, bawang putih, dan jeruk purut serta dibubuhi gula serta garam. Berikutnya biar awet, sambal itu dimasak menggunakan minyak goreng sehingga warnanya pekat.
Nona Bingu menjelaskan produksi sambal malara humba masih terbatas sekitar 200 botol/bulan dengan harga Rp20.000-Rp25.000/botol. “Peminatnya sangat banyak, terutama dari luar Sumba,” ujarnya. Produksi terbatas itu karena cabe rawit lokal yang digunakan belum dibudidayakan intensif.
Belum ada Komentar untuk "Sambal Malara Humba Khas Pulau Sumba"
Posting Komentar