Agribisnis Jeruk Keprok Di Indonesia

Komoditas jeruk merupakan salah satu komoditas agribisnis yang mempunyai prospek pengembang Agribisnis Jeruk Keprok Di Indonesia


Komoditas jeruk merupakan salah satu komoditas agribisnis yang mempunyai prospek pengembangan cukup elok mengingat kebutuhan jeruk selalu meningkat setiap tahun.


Di tengah gempuran jeruk-jeruk impor, Indonesia mempunyai jeruk-jeruk lokal yang rasanya tidak kalah lezat, bahkan dari sisi harga, nilainya sanggup berkali lipat dibandingkan jeruk impor.


Meskipun jeruk impor tidak termasuk ke dalam 13 jenis produk hortikultura (durian, melon, pisang, pepaya, mangga, nanas, kentang, wortel, cabai, kubis, krisan, anggrek, dan heliconia) yang tidak boleh masuk ke Indonesia selama kurun Januari-Juni 2013 menurut Peraturan Menteri Pertanian No 60/Permentan/OT.140/9/2012, peluang membuatkan jeruk lokal, terutama jeruk keprok terbuka lebar.


Sejatinya, bermacam-macam jeruk semenjak usang tumbuh di tanahair. Sebut saja jeruk keprok grabag di Jawa Tengah. Bayangkan pohon jeruk keprok grabag berumur di atas 20 tahun, sanggup memproduksi sampai 400-500 kg buah. Di negeri Serambi Mekah Aceh, terdapat jeruk keprok takengon, di Sumatera Barat terdapat jeruk keprok kacang, Garut (jeruk keprok garut), dan di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur terdapat jeruk keprok tawangmangu.


Itu belum menghitung jeruk keprok punten (Malang, Jawa Timur), jeruk keprok tejakula (Bali), jeruk keprok selayar (Sulawesi Selatan) dan jeruk keprok soe (Nusa Tenggara Timur). Yang disebut pernah menjadi juara kontes buah unggul nasional.


Sayang jeruk-jeruk keprok istimewa itu, perkembangannya tersendat akhir penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD). Penyakit oleh kuman Liberobacter asiaticum di jaringan phloem yang menghambat absorpsi nutrisi tanaman itu juga menghancurkan kebun-kebun jeruk keprok di India dan China.


Sejatinya, banyak sekali upaya dilakukan untuk mengatasi CVPD, mulai dari sterilisasi benih bebas penyakit pada varietas jeruk keprok unggulan sampai budidaya khusus di greenhouse. Namun apa lacur, upaya itu belum menawarkan imbas berarti terhadap serangan penyakit yang membikin pohon jeruk merana itu.


Pantas jikalau pekebun beralih membuatkan jeruk siem. Citrus suhuensis itu mempunyai seabrek keunggulan ibarat cepat berbuah pada umur 2 tahun. Jeruk keprok? Berbuah pada umur 4 tahun. Maka dari itu, jeruk siem berkembang pesat. Siapa tidak mengenal jeruk siem pontianak? Atau jeruk siem brastagi dari Kabupaten Karo di Sumatera Utara yang menjadi tenar.


Wajar pula jikalau impor jeruk keprok terus meningkat. Pada 2012, volume impor jeruk mencapai 179.000 ton atau senilai Rp1,6-triliun. Padahal, kualitas jeruk keprok impor tersebut belum tentu elok alasannya yaitu usang disimpan, sekitar 1 tahun di lemari pendingin.


Para peneliti sekarang terus berupaya membuatkan jeruk keprok sehingga sanggup bersaing. Balitjestro (Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika), contohnya sudah meluncurkan jeruk keprok kerikil 55 yang merupakan hasil seleksi dari plasma nutfah yang ada. Sebagai gambaran, Balijestro mempunyai sekitar 85 varietas jeruk keprok yang sanggup digunakan sebagai sumber perakitan varietas unggul nasional.


Langkah Kementrian Pertanian Thailand sanggup ditiru. Sampai ketika ini mereka terus berupaya memperoleh varietas jeruk keprok tahan serangan CVPD. Beberapa jenis jeruk keprok tahan CVPD itu sudah dilepas ibarat clementine, tangerine, dan onkan.


Hebatnya, melalui seleksi biji dari jeruk keprok asal Australia dan Amerika Serikat, Thailand sanggup membuat jeruk keprok freemong. Jeruk berkulit tebal ini bercitarasa manis sedikit asam. Jeruk itu sekarang telah ditanam oleh sejumlah pekebun jeruk di Sumedang, Bandung, dan Cianjur (seluruhnya di Jawa Barat). Sudah saatnya kita menentukan kembali jeruk keprok lokal sebagai jeruk kesayangan kita.


Belum ada Komentar untuk "Agribisnis Jeruk Keprok Di Indonesia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel